Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Si Cantik Itu Membaca Cerpennya Di Kompasianival 2 November 2024

2 November 2024   16:09 Diperbarui: 2 November 2024   17:01 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Inilah pembaca cerpen keempat di Story Slam Kompasiana siang ini..." Kata si mbak moderator yang baru tahun ini aku lihat di Kompasianival. Hampir tiap tahun aku hadir di acara ini untuk menggali keterampilan menulis dan membuat konten. 

Si cantik ini bercerita tentang pemuda yang mendapat inspirasi dari seorang pemulung.

Terpikir di hati kenapa dia yang secantik artis sinetron masih terpikir bikin cerita pendek dan bukannya cukup bikin story di instagram yang dengan kecantikannya minimal ada 5000 cowok menontonnya?

"Literasi tulisan lebih merangsang imajinasi, mas. Kalau video terlalu gamblang, tak ada imajinasi dan hayalan disana dan aku tidak mau menghilangkan hak preogratif para penghayal di Indonesia dengan sorot video yang terlalu realistis. Tanpa seni interpresi dan seni obsesi. Aku ingin tetap berekspresi maksimal tanpa batas." Kata si cantik.

 " Waw, amazing. Ini sangat luar biasa. Lalu apakah aku bisa minta kita foto bersama?" Tanyaku penasaran. Walau tak memungkinkan mendekati si cantik karena memang tak bisa lagi, you knowlah ya, minimal ada kenang kenangan bersama.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

"Kita boleh ada kenang-kenangan bersama tetapi jangan video atau foto, ya?" Kata si cantik.

"Lho, jadi diapain?" Tanyaku penasaran.

" Dilukis atau dicerpenin saja atau dipuisikan saja. Karena saya tidak mau kebersamaan kita dibatasi gambar real. Harus tetap ada imajinasi disana." Dia tersenyum dan akupun yang tak bisa melukis serealis itu, terpaksalah mengalah, hanya bisa kubuat cerpen ini sebagai ganti.

Ah.....Bahagianya, karena si cantik aku 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun