Singapura ketiban untung kebangetan ketika band "cetar membahana" asal Inggris Coldplay bersedia menambah jadwal konsernya di negeri itu dari 4 hari yaitu 23, 24, 26 dan 27 Januari 2024 menjadi ditambah dua hari yaitu tanggal 30 dan 31 Januari 2024.Â
Saya rasa penambahan itu karena banyaknya permintaan penggemar band yang digawangi Chris Marthin (vokal, piano), Jonny Buckland (gitar), Guy Berryman (bass) dan drummer Will Champion, terutama tentu saja dari Indonesia yang pementasan mereka di Jakarta tanggal 15 November 2023 sangat bikin keki karena ulah para calo tiket yang sangat menyesakkan dada.
Walaupun ada masalah di suara piano pada lagu "Scientist" dimana Chris Martin seharusnya memainkan piano secara "sorangan wae" dan ternyata eh ternyata suaranya macet, tetapi dapat diatasi mereka dengan menggantikannya dengan suara gitar akustik.
Chris pun tidak mengumpat yang kasar, dan hanya lontarkan candaan saja dengan menanyakan ke penonton apakah lagu Scientist ini dilewati saja. Tentu saja dijawab, "No..no...no..."
Namun keseluruhan pementasan itu sangat menakjubkan karena penonton dipaksa terlibat dengan memakai gelang yang dapat memancarkan cahaya sesuai yang diprogram oleh tim multimedia Coldplay, sehingga dapat membentuk konfigurasi gambar atau konfigurasi warna sesuai dengan lirik lagu.
Di band lain ini biasanya penonton disuruh memakai lampu dari HP atau kalau di pementasan K-Pop biasanya fans membawa lampu-lampu dalam berbagai bentuk yang dibeli sendiri. Tetapi "wristband" berbentuk mirip jam tangan itu ternyata dibuat dari bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, sehingga mudah terurai.
Isu kepedulian lingkungan inilah yang turut menjadi nilai tambah grup ini karena mereka bukan hanya memberikan slogan dan kata-kata seolah kampanye, melainkan mempraktkkannya dengan membuat ada lantai yang kalau dibuat loncat-loncat dapat menghasilkan listrik, demikian juga disediakan beberapa sepeda statis yang kalau digowes dapat menghasilkan listrik yang dipergunakan juga di pementasan.
Kabarnya juga Coldplay sering membantu pemerintah di negara yang diadakan konser beberapa kapal untuk membersihkan sungai atau danau atau laut yang tercemar sampah-sampah dari limbah rumah tangga di negara-negara yang kesadaran lingkungannya masih lemah. Tapi kayaknya di Singapura tidak terlalu perlu, karena di sini kalau buang sampah sembarangan bahkan buang ludah atau merokok sembarangan akan didenda 2.000 Dollar Singapura.
Penonton baru boleh masuk ke stadion pukul 18.00 sesuai kategori tiket.
Saya dan istri dapat yang atas kategori 8 dengan harga di 1,2 jutaan Rupiah kalau tidak salah.
Di satu sisi agak jauh tetapi di sisi lain ada keuntungan karena permainan cahaya saat gelang-gelang di tangan penonton bersinar warna-warni terlihat sangat epik.
Pukul 18.30 tampil penyanyi pembuka asal Indonesia Jinan Lautetia membawakan beberapa buah lagu. Stadion belum terlalu ramai, baru seperempat kapasitas yang terlihat diisi. Saya malah tidak terlalu mengenal penyanyi ini, kalau ada yang tahu ceritanya boleh ditulis di komen ya.
Lalu ada penyanyi lokal Singapura namanya Jasmine Sokko juga membawakan beberapa buah lagu.
Kurang lebih pukul 20.45 Coldplay baru tampil dengan lagu pertama "Higher Power" yang aku kurang hafal lagunya dan juga kurang masuk di hati. Tetapi ada beberapa lagu yang sangat mengena dan sangat megah dibawakan seperti di bawah ini.
Akhirnya tak ada gading yang tak retak dan kalau pementasannya sempurna maka gak ada bahan pula aku bercerita di Kompasiana, ya.
Dan selevel Singapura saja masih ada kesalahan di "sound system" apalagi kalau di tingkat RT/RW ya dimaklumi aja asal jangan diniatin aja sabotase.Â
Demikianlah liputan saya di konser Coldplay Singapura 23 Januari 2024. Mudah-mudahan suara pianonya bagus malam ini di pementasan hari kedua dan selanjutnya. Setuju, ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H