"Dokter duluan, ya. Kalau dokter tidak apa-apa, kami lebih "pede"...."Kata salah satu perawat yang namanya ada di daftar vaksin "booster" kedua Covid-19 di tempat kerja kami Rumah Sakit Charitas Hospital KM 7, Myria, Palembang.
"Siapa takut?" jawabku spontan karena memang sudah hampir 1 tahun, sejak September 2021 saya divaksin "booster" pertama dan secara teoritis kekebalan dari vaksin ini hanya bertahan 6 bulan dan sesudahnya perlu di"re-charge" lagi dengan pemberian ulang.Â
Kalau tidak maka ada kemungkinan antibodi di tubuh saya "low-bat" dan berakibat saya harus menghadapi belasan pasien Covid-19 tiap hari dengan pertahanan yang sangat minimal, siap-siap dihabisi bak FS menembak brigadir J dari jarak dekat tanpa perlawanan.
Setelah vaksin Covid-19 pertama dan kedua memakai Sinovac dengan efek samping hampir tidak ada dan "booster" pertama memakai Moderna yang membuat tubuh saya sempat demam, mengantuk, dan pegal-pegal selama 3 hari, maka yang terakhir ini di tanggal 31 Agustus 2022 pukul 09.15 WIB saya pun disuntik oleh bidan Arnova yang cantik dengan vaksin Pfizer yang konon efek paska vaksinnya bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Tetapi untungnya pada saya efeknya hanya sedikit pegal di lokasi suntik selama 1 hari dan sedikit meriang tetapi hanya 12-an jam.
Pertanyaannya mengapa perlu "booster" lagi bagi tenaga kesehatan?Â
Karena pandemi ini belum berakhir, sempat 2 sampai 3 bulan saya tidak merawat pasien Covid-19, tetapi Februari sampai Mei lalu ada lagi gelombang omicron, lalu setelah sempat sepi 2 bulan, Juli dan Agustus datang lagi gelombang lain dengan gejala ringan tetapi tetap merepotkan karena nama virusnya tetap Covid-19 dengan prosedur yang masih belum bisa dianggap penyakit menular biasa.
Tubuh kita yang memiliki antibodi ada yang seluler dan humoral, maka untuk virus yang berperan antibodi sel B yang bersifat humoral atau cair dan biasanya berikatan secara spesifik dengan antigen virus tertentu.Â
Kalau virus yang dikenalnya masuk, antibodi spesifik yang bak tentara dalam tubuh ini langsung menangkap si virus dan menghancurkannya.Â
Mutu si antibodi spesifik ini biasanya hanya bertahan 6 bulan, kalau tidak ada serangan virus dalam 6 bulan, dia jadi lupa sama musuhnya dan kalau tidak dilatih lagi ketangkasannya dengan vaksin maka si antibodi akan cuek atau lupa kalau ada Covid-19 masuk ke tubuh lagi.
Kurang lebih 1,5-2 juta orang petugas kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan direncanakan akan mendapatkan vaksin keempat ini dan memang seharusnya dilindungi karena kami tidak punya pilihan lain, inilah jalan pedang kami, tempat mencari nafkah kami.Â
Kami tidak mungkin lari dari virus manapun karena takut, karena memang sudah kontrak kerja kami menolong orang sakit dan siap tertular kalau kami lengah tanpa harus menyalahkan orang lain.
Apakah "booster" ini akan diberikan kepada masyarakat awam?Â
Melihat perkembangan kasus 1 September di kisaran 4000-an kasus baru dan kematian 25 orang maka kemungkinan itu mungkin saja ada tetapi apakah gratis?
Ini yang masih perlu dipertanyakan, karena pemerintah mungkin memiliki keterbatasan dana juga, apalagi harga minyak dunia sedang naik diatas 100 dollar per barel yang juga perlu dipikirkan mengatasinya.
Mari tetap waspada Covid-19 dan kalau ada kesempatan diberikan "booster" kedua, sebaiknya diambil kalau gratisan, kalau bayar ya hitung-hitungan dulu boleh juga, apakah lebih penting nonton bioskop atau "ngedugem" untuk "healing" daripada divaksin untuk melatih antibodi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H