Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apa yang Terjadi Kalau Ada Kasus Usus Buntu di Pulau Enggano pada Hari Rabu?

14 Agustus 2022   22:49 Diperbarui: 14 Agustus 2022   23:53 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: FB Richard Silaen

"Suami saya pernah sakit usus buntu, Dok. Tidak ada dokter bedah saat itu disini jadi menunggu dua hari dahulu baru dapat dirujuk ke Bengkulu dan dioperasi." Cerita salah seorang pasien darah tinggi yang berobat dengan saya saat pelayanan kesehatan gratis bagi jemaat Gereja GKPE HKBP Resort Enggano dan penduduk sekitarnya hari Senin 8 Agustus 2022.

Ini saya tanyakan karena di Pulau Enggano hanya ada transportasi udara dengan maskapai Susi Air yang memuat 13 orang termasuk pilot dan co-pilot dengan jadwal hari Selasa dan Jumat siang, kapal Feri yang dapat mengangkut kendaraan roda 2 dan 4 yang berangkat pada hari yang sama serta kapal laut perintis yang hanya mengangkut barang dan penumpang tanpa kendaraan yang berangkat 2 kali seminggu antara Rabu-Sabtu atau Rabu dan Minggu. 

Kesulitannya kalau sedang ada badai, maka semua transportasi itu akan menunda keberangkatan sampai badainya hilang.

Sakit usus buntu atau appendicitis acute dapat mengancam nyawa kalau pecah dan nanah yang keluar dari usus umbai cacing itu mencemari rongga perut dan membuat kuman usus membuat nanah yang berlimpah ruah memenuhi perut yang membuatnya membuncit, badan demam dan akhirnya terjadi sepsis dengan badai sitokinnya yang mirip gejala covid 19 yang parah. 

Selain itu jika selamat dan sembuh juga, luka bekas operasi juga menentukan kalau terlambat dioperasi dapat saja lukanya sepanjang 30 cm, sementara kalau ditindak lebih cepat maka lukanya dapat hanya 5 cm.

Bagaimana pula kalau ada ibu yang melahirkan tetapi terjadi kegawatan janin dan atau proses melahirkannya macet atau kasep, si ibu sudah kesakitan dan kelelahan sementara kepala si bayi masih jauh di panggul. 

Ini secepatnya memerlukan tindakan yang membutuhkan keahlian spesialis kebidanan dan harus dilakukan sesegera mungkin dalam hitungan jam bahkan menit, tetapi karena kendala transportasi maka si ibu dan bayinya harus menunggu 1-3 hari untuk naik kapal feri selama 12 jam.

Sebagai informasi, di pulau ini ada 1 PUSKESMAS dan 1 rumah sakit "mobile"(sumbernya disini ) tetapi tidak memiliki spesialis bedah dan obstetri-ginekologi yang menetap dan setahu saya tidak ada kamar operasi. Mungkin karena penduduk Pulau Enggano hanya kurang lebih 4000-5000 jiwa maka rumah sakit belum ada yang "standar" di pulau satu kecamatan ini. 

Sebagai perbandingan, di Palembang, Kecamatan Sukarami dengan jumlah penduduk 180 ribuan orang, rumah sakit umumnya ada 4 dan rumah sakit khusus ada 2. Dan konon jumlah penduduk yang hanya "segitunya" menjadi alasan transportasi ke pulau ini hanya 2 sampai 3 kali seminggu. 

Namun perlu dipertimbangkan posisinya sebagai salah satu pulau terluar di sisi barat Indonesia dimana bila ada ancaman dari Samudra Hindia maka penduduk setempatlah yang lebih dahulu mengantisiasi tantangan tersebut.

Sebagai gambaran selama dua hari melayani pengobatan di Desa Malakoni dan di pantai Bak Blaw Pulau Enggano, pola penyakitnya hampir sama seperti daerah lainnya di Sumatera, yaitu kencing manis 20-an pasien, darah tinggi 30-an pasien, sakit asam lambung 30an pasien, rematik belasan pasien dan sekitar 20-an hanya batuk pilek biasa. 

Dengan pola yang sama, maka kemungkinan besar ada kedaruratan yang memerlukan tindakan operasipun seharusnya tetap persentasenya sama tetapi kesempatan penduduk setempat untuk mendapatkan pelayanan sangatlah memprihatinkan dan belum merdeka.

Proses bakti sosial di pantai sambil berkostum santai dapat dilihat disini .

Mudah-mudahan ada rencana ke depannya rumah sakit di Pulau Enggano ini lebih dilengkapi atau ada transportasi alternatif darurat untuk merujuk ke Bengkulu. 

Tetapi mungkin juga ada pihak swasta atau organisasi kemasyarakatan secara sendiri atau bergabung bersama membuat sebuah rumah sakit "non-profit" demi kemanusiaan di pulau yang indah ini, karena kalau mengharapkan untung duluan maka saya rasa sampai kucing bertandukpun belum tentu anjing akan bertanduk .

Saya pribadi menulis ini karena alasan pertama percakapan dengan ibu guru yang suaminya menderita usus buntu tersebut sangat menyentuh, karena dia tidak terlihat geram dengan keadaan pelayanan kesehatan di Pulau Enggano dan terkesan memaafkan keadaan atau malah pasrah. Kalau di kota besar, terlambat sedikit saja dokter IGD datang mungkin sudah didemo itu rumah sakit pakai mobil komando.

Alasan kedua ya tentu saja sudah 77 tahun Indonesia merdeka, masakan salah satu pulau terluarnya masih ada warganya yang tidak ada akses 24 jam untuk mengatasi kedaruratan gawat janin atau melahirkan yang kasep.

Semoga pihak yang berkepentingan memperhatikan masukan ini dan mohon maaf kalau informasi yang kami dapatkan saat di pulau Enggano 5-9 Agustus 2022 kurang lengkap.

dokumentasi KOMPAL
dokumentasi KOMPAL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun