Tahun 1902 pertama kali masuk agama Kristen di Pulau Enggano yang dimulai oleh Missionaris Agust Lett dan  Guru Kristian Lumban Tobing yang diutus oelh RMG (Rheinche Mission Geselschraft, lembaga misionaris jerman), sebelumnya penduduk memiliki kepercayaan animisme. Setelah kemerdekaan dan lepas dari Jepang maka mulai banyak pendatang dan transmigran dari beberapa daerah ke Enggano dan agama Islam, Katolik, Budha dan Hindu pun mulai ada di pulau ini. Penghasilan utamanya adalah pisang, melinjo dan jengkol, selain hasil laut, coklat dan kelapa. Mengenai keamanan, sangat jarang ada peristiwa kriminal disini bahkan saat covid 19 dahulu merajalela selama 2 tahun, di pulau ini sangat jarang terdengar ada yang sakit.
Tanggal 6 Agustus kami jalan-jalan ke dermaga kapal perintis di Desa Malakoni, disini dapat dilihat ada semacam bunker tentara Jepang, tempat mereka mempertahankan diri dengan senapan mesin dari serbuan sekutu, melihat terumbu karang dan kemudian meliput verifikasi HKBP Resort Enggano.
Hari minggu, 7 Agustus saya dan Richard Silaen meliput ibadah dan pelantikan Pdt Roy Simanjuntak, lalu mengadakan pengobatan massal di gedung serbaguna HKBP Malakoni sampai siang, lalu sesudah itu istirahat siang karena sorenya ada rencana memancing di laut.
Nah, Minggu sore pukul 17 kurang lebih, saat dinantikan itu tiba, Saya, Richard Silaen dan Ralan Tampubolon diajak majelis gereja yang punya perahu untuk memancing ikan di laut lepas. Alhasil, karena tangan dingin bang Silaen, kami mendapatkan 17 ikan besar dan kecil.
Pulang memancing pukul 19.30 kurang lebih, semua ikan yang didapat langsung dipanggang, karena di tempat ini kami tidak memiliki lemari pendingin dan kakap, kerapu macan, kerapu merah ternyata rasanya sangat gurih dan manis, dimakan dengan kecap manis dan cabe rawit saja.
Senin tanggal 8-8-2022, sesuai rencana kami ke pantai Bak Blaw, bersama rombongan jemaat, sayapun melayani pengobatan kurang lebih 20-an orang disana yang sebagian besar jemaat HKBP Boboyo mupun penduduk setempat dari berbagai agama. Kesimpulannya penyakit di tempat inipun sudah mirip di kota besar, diabetes dengan gula yang ada diatas 500, tekanan darah yang ada di 230 serta sakit asma, maag dan rematik mungkin karena kebanyakan makan melinjo sama jengkol. Kalau diabetes yan karena kebanyakan makan yang manis dan keturunan, kalau darah tinggi mungkin karena banyak makan ikan asin dan ikan laut.
Selanjutnya dapat kita lihat pemandangan yang indah dari laguna bak blaw dimana ada cerukan masuk ke darat dari laut yang membentuk danau dengan warna air hijau kebiruan, airnya masih sangat bening dan belum banyak sampah plastiknya karena memang wisatawannya belum banyak yang kesini.
Yang menarik, ada 2 anggota jemaat yang memiliki kemampuan menyelam secara alami dari kecil bersedia "menembak" ikan dengan sejenis anak panah di terumbu karang kedalaman 5-15 meter di lepas pantai Bak Blaw. Mereka mamu menahan napas diatas 1 menit lalu naik lagi ke permukaan untuk bernapas, selama kurang lebih 1 jam mereka mendapatkan kurang lebih 10 ikan yang berkelas yang kalau dijual di pasaran harganya lumayan mahal, ikan tersebut langsung kita bakar dan makan di tempat bersama-sama.
Tak terasa sudah hari Selasa 9 Agustus 2022 dan kamipun harus meninggalkan pulau yang masih sangat asri, belum banyak polusi, tempat wisata pantainya indah dan untuk para pemancing mania ini adalah surganya. Mungkin yang perlu diusulkan kepada pemerintah atau penduduk setempat, bagaimana memproduksi pisang, jengkol dan melinjo menjadi produk kering yang dapat meningkatkan nilainya dan menghindari pembusukan, akses jalan di pulau itu diperbanyak dan dibuat aspalnya lebih tebal serta lalu lintas kapal lautnya menggunakan kapal yang tahan badai, karena konon kalau ada badai besar maka kapal kembali lagi ke dermaga dan besoknya baru jalan lagi.