"Balik....Balik...."
"Wuuuuu..."
"Hooyyyyy...."
Demikian teriakan dari penonton di Konser "Sumatera Tour" di Palembang dari salah satu produk rokok 22 Juli kemarin saat grup musik "Fourtwnty" yang mereka tunggu-tunggu tidak muncul setelah 45 menit lebih selesai penyanyi pembuka Danilla Riyadi di pukul 20.45 malam.
Danilla sendiri pun baru mulai bernyanyi menjelang pukul 20.00 dari yang dijadwalkan mulai pukul 19.00 di "Palembang Sport and Convention Center" Palembang dan menyanyikan 8 buah lagu antara lain yang saya sukai yang judulnya "Berdistraksi".
Selesai Danilla beraksi, panggung langsung gelap dan penonton menunggu hidangan utama malam itu tetapi selama 45 sampai 50 menit tidak ada pemberitahuan dari panitia apa yang terjadi, hanya beberapa "crew" berseliweran di panggung sambil menyalakan senter seolah mencari atau memasang sesuatu tetapi anehnya kenapa lampu dimatikan, bukannya lebih enak mempersiapkan alat-alat musik atau kabel listrik dengan lampu menyala?
Nah, menjelang pukul 21.30-an itulah penonton kelas festival yang tidak ada tempat duduk yang harga "pre-sale" hanya 75 ribu mulai berteriak-teriak dan menunjukkan kekecewaannya.Â
Seharusnya di waktu ini ada panitia yang naik ke panggung entah memberi penjelasan atau baca puisi atau "stand up comedy" atau main bulu tangkis bahkan kalau perlu bikin sejenis "Citayam Fashion Week" di sana untuk sekedar menenangkan penonton yang berdesak-desakan di kelas festival. Sebab kalau rusuh, maka orang Palembang itu akan sangat-sangat merepotkan aparat keamanan.
Untunglah di kisaran pukul setengah 10 malam, band yang digawangi vokalis Ari Lesmana, Nuwi dan Roots ini tampil dengan membawakan 9 buah lagu tetapi yang paling mengharubiru ketika mereka mengajak penonton semua menyanyikan lagu koor "Indonesia Pusaka".
Bagian ini sangat mengharukan dan sempat membuat merinding karena membuat nuansa nasionalisme kita menyala-nyala lagi. Saya jarang melihat grup musik di konsernya menyanyikan lagu-lagu nasionalisme begini.
Akhirnya pertunjukan selesai pukul 22.30-an yang ditandai dengan personil band ini ber-"welfie" ria dengan penonton memakai handpone mereka.
Saya sarankan semua "event organizer" pementasan menyiapkan semacam acara cadangan kalau misalnya ada keterlambatan tehnis karena sesuatu dan lain hal atau setidaknya adalah satu atau dua orang panitia berani naik panggung memberi penjelasan walau resikonya dapat dilempari penonton dengan botol minuman tetapi setidaknya bisa mencegah kerusuhan atau keributan yang dapat menimbulkan cedera atau kerusakan.
Setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H