Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

(Novel) Aku Tidak Covid-kan Bapakmu

2 Juli 2021   04:57 Diperbarui: 2 Juli 2021   05:05 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I. Lahirnya Istilah Meng-covid-kan Pasien

"Hasil "swab PCR"-nya belum keluar,  kan. Kenapa Bapakku dibungkus plastik dan peti begitu?" Teriak si Anak lelaki Pasien 60-an tahun itu menghardik Prima,  ketua perawat jaga bangsal tingkat 4, bangsal khusus isolasi virus mematikan corona di malam itu,  beberapa keluarga lainpun berteriak histeris mengancamnya dan petugas pemulasaraan jenazah. 

Itu kejadian di kisaran Mei 2020, saat rumah sakit tipe C berkapasitas 150 tempat tidur itu mulai ditugaskan merawat pasien covid 19.

"Gejala penyakit si Pasien menunjukkan ke penyakit itu dan ronsen dada serta laboratoriumnya juga. Kalau tidak bersedia jenazah dimakamkan sesuai protokol,  boleh protes ke Tim Gugus Tugas COVID-19 Kota."Perawat usia 32 tahun dengan anak 2 orang masih kecil-kecil itu berusaha terlihat tegas walau dalam hati dia takut juga karena tabiat dan budaya masyarakat di sekitar kota dan dusun-dusunnya ini terkenal keras dan kasar. Terutama di kalangan ekonomi menengah ke bawah yang entah mengapa selalu merasa berhak merebut hak-hak azazinya yang konon katanya diabaikan. 

Benar saja setelah ditelpon bagian keamanan,  setengah jam kemudian belasan aparat mengamankan keluarga yang nyaris rusuh dan jenazah dapat dimakamkan di pemakaman khusus dengan protokol ketat. 

Hasil "swab" si Pasien baru didapat tiga minggu kemudian karena semua "sample" saat itu dikirim ke ibukota dan satu hasilnya negatif sementara yang kedua positif. 

"Tuh kan.  Sampelnya negatif satu." Anak si Almarhum protes,  saat dipanggil semua keluarga yang kontak lama menjaga saat perawatan 4 hari Bapaknya, untuk "tracing" penularan.

"Satu positif berarti positif, pak." Penjelasan doktek Coki Spesialis Paru, kalem, dia tidak mau berdebat lebih lanjut apalagi berkelahi dengan keluarga Pasien, selain dapat melanggar etik juga dapat terjadi cedera parah yang mengganggunya praktek. 

Dan benar saja,  dua dari 7 orang yang kontak erat dengan si Pasien ternyata positif corona. 

Tetapi memang ada 65% Pasien usia tua dengan "stroke", serangan jantung atau penyakit sumbatan saluran napas kronis yang beberapa minggu kemudian hasil PCR-nya negatif tetapi sudah dimakamkan secara protokol covid-19 dan inilah yang memunculkan istilah "di-covid-kan".

"Apakah karena harga Pasien covid dibayar lebih mahal dari pasien diagnosis lain,  Dok? "Tanya dokter Mimi,  dokter magang setahun di rumah sakit tipe C itu,  masih muda, 24 tahun dan cantik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun