Jangan cari kata "kenthir" di Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidak atau katakanlah belum ada, itu bahasa Jawa yang artinya kurang lebih mendekati gila tetapi tidak gila yang mengarah ke lucu tetapi kadang "ngeselin" karena sering menabrak sopan santun yang baku demi mengekspresikan ide-ide tulisan atau cerita.
Kompasiana di tahun kedua, 22 Oktober 2010, terproklamirkanlah sebuah komunitas "nyeleneh" yang menamakan dirinya  Planet Kenthir (PK) yang diprakarsai oleh Kong Ragile, saya baru gabung Kompasiana sehari sesudahnya di 23 Oktober 2010 dan belum tahu menahu apa itu komunitas, apa itu "headline" apa itu "term and condition", saya hanya "upload" tulisan-tulisan lama saya di "facebook" dan "multiply" yang belakangan saya tahu itu dianggap plagiat walaupun dari karya sendiri di jejaring lainnya.
Lama kelamaan saya pun suka menulis humor dan fiksi yang agak ngeres yang mengundang beberapa anggota PK tertarik mengajak bergabung dan sayapun ikut, alasannya sederhana, saya belum tahu komunitas lain dan komunitas lain belum ada yang melirik saya.Â
Yang membuat semangat menulis adalah kita bisa "membully" teman sesama PK dengan tulisan humor, fiksi tentu saja dengan minta ijin atau setengah ijin atau malah tak berijin, tetapi si teman tidak boleh tersinggung kalau namanya dipakai di tulisan tersebut. Nah, hampir semua yang rada "sableng" menjadi kreatif dengan kesepakatan ini yang membuat kita keasyikan sendiri padahal banyak pihak yang gerah dan melaporkan beberapa tulisan nyeleneh yang akhirnya dihapus admin Kompasiana kalau sudah terlalu vulgar. Ini biasanya tulisan Herry FK atau Mak Erot Nunik dan beberapa orang lagi.
Bahkan mereka-mereka inilah yang menyemangati saya membuat buku, kumpulan tulisan kesehatan saya di Kompasiana, tahun 2012,2013 dan 2014, saat itu masih mudah mencari sponsor untuk mencetak buku.
Kejayaan tulisan anggota PK sempat berkurang di pertengahan 2014 ketika pilpres saat itu membuat kita terbagi dua kubu, walau ada yang berusaha membuat suasana kembali netral, tetapi apa daya, kita masing-masing mulai menulis politik dan berpihak, jadi kesepakatan awal saling "vote" dan komentar serta membagi tulisan teman ke media sosial masing-masing susah dilakukan kalau isi tulisannya berseberangan dengan yang lainnya.
Saya sulit menulis kenthir lagi saat ini karena memang harus jaga "image", Â sebagai profesional di bidang medis yang kebetulan pernah menang di kategori "spesific interest", berat rasanya harus menulis "sekenthir" dahulu lagi, apalagi tidak ada teman di Kompasiana saat ini yang dengan rela namanya saya pakai untuk membuat kisah-kisah lucu (menurut saya) yang nantinya dia akan balas buat cerita lain atas nama saya dan lanjut saya balas lagi. Apalagi saat kondisi pandemi seperti ini yang suasananya melulu prihatin, membuat kisah yang "Kenthir" seolah orang yang tidak punya "sense of crisis".
Tetapi suka atau tidak suka saya harus akui pengalaman gila-gilaan, vulgar-vulgaran menulis dalam Planet Kenthir di awal keikutsertaan saya di Kompasiana telah membuat saya lebih kreatif menulis, lebih banyak teman dan banyak "follower" di Kompasiana dan itu "amazing" sekali bagi saya yang tinggalnya di Palembang, bukan di Jakarta.
Akhir kata, kalaupun di Kompasianival 2020 kita tidak ada "stand" atau  "booth" karena terhalang pandemi corona, mungkin di 2021 PK masih dapat sekadar membuat "stand" berisi kenang-kenangan selama 10 tahun di Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H