"Sakit apa tuan "X" yang dokter rawat? Saya tetangganya." Pesan dari "whatsapp" (WA) teman saya yang "kepo" dengan salah satu pasienku.
"Rahasia pekerjaan, Pak. Tetapi saya pastikan bukan Covid-19." Jawab saya.
"Aduh, syukurlah, dok. Saya hanya mau tahu itu sebenarnya, covid atau bukan." jawab WA-nya balik.
Atau ada teman saya spesialis jantung yang bercerita lucu seperti judul diatas, ketika anak pasiennya bersyukur si bapak "hanya" terkena penyakit serangan jantung koroner dan bukannya sakit infeksi corona.Â
Padahal data tahun 2016, penyakit jantung koroner (PJK) membuat kematian 122/100 ribu penduduk, kurang lebih 320-an ribu jiwa pertahun di Indonesia, sementara virus corona selama 3 bulan terkonfirmasi di Indonesia kematiannya mencapai 2000 lebih yang mudah-mudahan jangan meningkat lagi.
Kedua penyakit ini sama berbahayanya namun karena corona (covid-19) penyakit menular dan kalau meninggal dikuburkannya secara khusus, maka menjadi semacam ketakutan tersendiri kalau terinfeksi atau hanya sekedar punya tetangga yang terkena.
Dari beberapa laporan, sebenarnya kasus covid-19 yang berat yang memerlukan ventilator di kisaran 10-15% dan bersesuaian dengan jumlah angka kematian wabah ini di Indonesia yang mencapai 5,4%. Sementara itu penyakit jantung koroner tidak ada yang tanpa gejala atau sangat sedikit yang gejalanya ringan, bahkan kalau terjadi akut miokard infark, maka 77% akan mengalami henti jantung.
Uniknya kedua penyakit ini memiliki kesamaan dalam pencegahannya, yaitu pola hidup sehat, dengan menjaga makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan, cukup berolahraga, cukup tidur 8 jam sehari, mengendalikan stress, jangan merokok dan minum-minuman keras disamping nama penyakitnya mirip yang satu corona dan yang lainnya koroner.
Intinya, walaupun hampir 80% hidup kita, televisi kita dan media sosial kita jenuh membahas corona yang sangat menular, jangan lupakan ada penyakit menular lain seperti demam berdarah yang harus sigap melaksanakan 3 M atau ada penyakit tidak menular seperti jantung dan diabetes yang terus mengintai kalau kita kurang menjaga pola hidup sehat atau jangan lupa gosok gigi yang teratur misalnya karena kalau gigimu sakit akan sulit sekali berobat gigi karena prosedur praktek gigi saat ini banyak sekali protokol baru yang belum tentu dapat disiapkan.
Jadikanlah momentum virus corona ini justru menjadi pemicu kita memperbaiki gaya hidup secara holistik dan bukan malah fokus hanya mencegah tertular corona sementara penyakit lain tidak dipedulikan.
Salam sehat.