"Take it or leave it"
Bimbi bukan si cantik sombong yang jual mahal padahal usianya sudah 30 tahun. Baginya tidak menikah bukanlah aib, dia harus menikah dengan jodoh yang sepadan dengan dia dan pernikahan bukanlah bentuk penghancuran atau peleburan diri dengan seorang pecundang atau seorang pengecut.
Dia besar di keluarga "broken home" dimana ibunya istri pertama yang diceraikan ayahnya saat sang ayah usahanya mulai maju dan punya banyak uang untuk mencari wanita lebih cantik lagi. Mereka masih diberikan uang tunjangan di beberapa tahun pertama sampai akhirnya saat kuliah dia harus mencari uang sendiri dari menyanyi di "cafe" karena ayahnya lupa memberi uang lagi. Tidak ada resmi kata cerai ke ibunya, memang, tetapi kalau sudah belasan tahun tidak dinafkahi, apa lagi namanya?
Untung ibunya bisa menjahit dan memasak. Bimbi ikut membantu berjualan dan menggunting kain atau menjahit manik-manik di kebaya sejak kelas 4 SD sampai SMA dan dengan itulah dia dan 2 adik-adiknya dapat tetap bersekolah.
Pengalaman punya bapak tidak bertanggung jawab saat punya uang itulah yang membuat Bimbi tidak peduli cinta, selagi sang lelaki masih tidak mau jujur dan tidak rela menyerahkan penghasilannya kepada wanita yang dipujanya, berarti si lelaki ada rencana untuk yang lain entah wanita lain, narkoba lain, judian lain atau kegilaan lainnya.
"Boleh aku pikirkan itu dua bulan ini, Bimbi?"Tanya Boboy agak pelan, tiba-tiba dia mual dengan syarat yang seolah-olah pukulan monster hijau Hulk menghunjam ke ulu hatinya.
"Kelamaan, jawab dalam dua minggu."Tegas Bimbi.
"Kenapa tidak boleh dua bulan lagi?"
"Dua bulan lagi wabah covid ini mungkin berakhir dan kamu sudah dapat melakukan "show" ke luar kota atau ke panggung-panggung pertunjukan di kota-kota Jawa, mungkin kau akan jatuh cinta lagi dengan wanita cantik disana yang mendapatkannya kamu dapatkan dengan syarat lebih murah atau dengan tanpa syarat mau kau bawa kemana-mana..."Bimbi tersenyum, Boboy mau menangis dan pembicaraan berakhir.
Sang biduan pujaan pun kena batunya, karena dia jatuh cinta kepada bidadari yang tidak percaya dengan cinta, si cantik hanya percaya penyerahan diri total sang lelaki kepada wanitanya dengan atau tanpa wabah.