"Setahun terakhir sering cepat lelah, mudah pusing dan mau pingsan. Tetapi tidak ada kencing atau buang air besar berdarah dan menstruasinya teratur setiap bulan 4-5 hari." Keterangan ibu remaja putri belasan tahun yang sangat pucat, sekilas putih tetapi bukan karena kulitnya seperti bule namun karena hemoglobin (Hb) darahnya kurang dari 7 gram/ desiliter.
Seperti gambar diatas, perbandingan warna telapak tangan saya yang Hb-nya diatas 16 dengan si gadis sangatlah berbeda mencolok. Ditanya tanda-tanda kecacingan sepertinya tidak cocok dan tanda-tanda keganasanpun tidak ada.
"Apakah anak saya akan ditranfusi, Dok?" Tanya ibunya dengan khawatir.
"Jantungnya tidak berdenyut cepat dan tidak menunjukkan kegagalan sirkulasi. Â Berarti ini bukan anemia yang mendadak tetapi kronis, jadi tubuhnya sudah menyesuaikan diri dengan kadar Hb yang rendah. Sebaiknya anak ibu dirujuk ke ahli hematologi (ahli darah) untuk diketahui penyebab anemianya." Jawab saya.
Seringkali karena takut Hb kerendahan, Pasien atau keluarga memaksa meminta ditranfusi secepatnya padahal pasiennya santai-santai saja, ini dapat membuat kondisi sumsum tulang yang terpengaruh dan terjadi pergeseran-pergeseran sel-sel muda di dalamnya. Diagnosis melalui analisis aspirasi sumsum tulangpun menjadi bias.
Beberapa penyebab utama anemia kronis adalah:
1. Berkurangnya sel darah merah di tubuh lebih cepat dari produksinya yang setiap 120 hari. Contohnya perdarahan kronis di saluran cerna, saluran kemih ataupun rahim. Dapat juga karena sel darah merahnya cepat pecah karena malaria, kelainan bawaan thalasemia atau habis dihisap cacing tambang di perut.
2. Sumsum tulangnya malas memproduksi sel darah merah. Ini dapat terjadi karena kurang hormon atau protein yang merangsang pembentukan sel darah merah, misalnya pada gagal ginjal atau karena obat-obat tertentu atau karena penyebab yang kurang jelas seperti anemia aplastik.
3. Bahan untuk memproduksi sel darah merah berkurang, misalnya kurang gizi atau gangguan penyerapan besi dan protein di usus.
Banyaknya penyebab ini harus ditapis satu persatu untuk menemukan penyebab pastinya dan pengobatan yang sesuai. Asal mentranfusi pasien selain membuat penyebabnya tidak ketahuan juga berisiko ketularan penyakit dari darah yang gagal di"screening" atau terbentuk reaksi tranfusi yang sering fatal.