"Itulah yang membuat saya melarang sementara saudara saya "B" dan "C" membesuk Mama saya, Dok. Karena dugaan saya, Mama kena serangan ini karena "stress" dengan berita jelek dari kedua saudara saya yang di luar kota," imbuhnya.
"Istilahnya, saya berjuang menjaga Mama tetap terus sehat sementara mereka selalu menerornya yang membuat sakit. Kalau tidak dapat membantu membahagiakan orang tua, minimal janganlah membuat sedih. Betul,kan, Dok?"Pungkasnya, seolah-olah si  "A" meminta dukungan pula dari aku. Saya hanya dapat mengangguk-angguk setuju.
Beberapa pasien dalam sebulan memang mempunyai latar belakang kisah perjalanan penyakit yang mirip drama Korea, film India, maupun kisah bak "Cerita 1001 Malam" dari Timur Tengah.Â
Ada konflik keluarga, ada anak yang selalu curhat hal-hal menyedihkan yang membuat ibunya "stress", bahkan ada anak yang bak Malin Kundang memarah-marahi ibunya karena tidak mau memberi uang untuk usaha atau malah meminta warisan bapaknya duluan sebelum yang punya harta meninggal.
Yang dapat dilakukan rumah sakit hanyalah mencegah orang-orang "persona nongrata" alias yang tidak disukai si sakit untuk membesuk, karena dianggap dapat memperburuk kondisi si pasien yang mulai stabil atau malah dialah sang pemicu yang membuat sakit kritis pasiennya.
Jadi, sebelum membesuk pasien-pasien di rumah sakit, sebaiknya tanya perawat jaga bangsal apakah ada pembatasan membesuk dan apakah nama anda termasuk yang dilarang membesuk.Â
Kalau dilarang, jangan ngotot tetap membesuk karena mungkin saja anda diseret petugas keamanan  nantinya untuk keluar.
Selain itu, untuk anak-anak yang di luar kota, kalau memberi kabar ke orang tua yang sudah sakit-sakitan, berilah kabar yang baik-baik saja atau tidak usah menelepon sajalah daripada rajin menelepon tetapi selalu memberitakan hal-hal buruk yang terjadi pada diri anda karena mungkin saja itu akan memicu serangan jantung, serangan sumbatan napas dan serangan "stroke" kepada orang tua.