Teater Koma pimpinan N. Â Riantiarno dan pendamping setianya ibu Ratna Riantiarno (bukan Ratna yang itu, tuh...) sudah 42 tahun berkarya mewarnai seni pertunjukan di Indonesia.Â
Sejak 25 Juli sampai 4  Agustus  2019 nanti diadakan pementasan "Goro -goro Mahabarata 2" yang merupakan produksi ke 158  teater ini di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki,  Cikini,  Jakarta.Â
Â
Keduanya adalah anak Hyang Tunggal, Â Dewa Pertama di dunia wayang. Tugas mereka adalah memberi nasehat bagi raja yang analoginya adalah politikus atau penguasa saat ini baik yang bijak maupun yang jahat atau rakus.Â
Namun ada alur lain dimana diceritakan asal muasal terjadinya tanaman padi yang merupakan wujud Dewi Lokawati (diperankan Netta Kusuma Dewi) yang dikutuk Betara Guru raja kahyangan (dilakoni Slamet Raharjo Djarot) karena tidak mau menjawab pertanyaannya untuk menjadi istrinya.Â
Betara Guru yang sedih memutuskan mengirim padi ini ke marcapada atau dunia wayang untuk ditanam penuh rasa cinta sehingga membuat rakyat yang mengelolanya dapat kenyang dan sejahtera.Â
Dewi Srinandi minggat dari kahyangan ke bumi untuk menemui saudaranya yang menjadi raja di Medangkamulyan (juga diperankan Rangga Riantiarno yang di kisah ini memerankan 3 tokoh) yang berlimpah hasil padinya dan sudah bosan di kerajaan langit.
Lucunya mencari alamat si kakak sang Dewi Srinandi memakai "google map" yang "adminnya" tidak jelas.
Ketiga alur ini diramu Riantiarno dalam belasan adegan yang dipisahkan oleh 12 lagu yang ditulisnya sendiri, walaupun aransemennya dibantu para komposer yang turut serta dalam proyek ini. Audiovisual yang canggih dengan latar belakang panggung yang cepat berpindah-pindah di tiap adegan dengan tarian yang energik terkadang lucu membuat saya yang baru tiba di Jakarta sore harinya tidak mengantuk selama 4 jam pertunjukan pukul 19.30-23.30 malam.