"Kemarin waktu kampanye saya kumpulin dana, Â bikin kaos, tidak tidur, tutup toko beberapa hari untuk mendukung Pakde. Â Sekarang sudah menang, Â mau ketemu di gedung tidak dibolehin sama relawan elite yang dekat sama orang ring satu... " Celoteh yang satu.Â
"Dulu saat kampanye saya duduk di depan dan teriak mendukung paling semangat, Â eh, Â yang panitia yang santai-santai kemarin, enggak teriak -teriak, Â sekarang bentak-bentak suruh kita pulang. Â Tidak boleh masuk ke gedung lagi. Â Saya memang relawan, Â tetapi kalau ada relawan lain merasa lebih berhak ngatur -ngatur, Â saya tidak rela... "Keluh yang lain.Â
Dari pihak seberang kerap terdengar kelompok relawan yang protes adegan damainya dua kubu di pemilu presiden, Â seolah tidak pernah terjadi gesekan apa-apa. Malah dia yang mati-matian didukung hampir setahun di media sosial atau kegiatan "off-line" dengan cuma-cuma atau malah keluar ongkos sendiri, Â sekarang bergantian didemo.
Relawan adalah pendukung kampanye presiden yang sebenarnya diluar struktur resmi tim kampanye yang biasanya dari tokoh nasional, Â kader partai yang tidak dilarang ikut tim sukses.Â
Pertanyaannya, Â apakah relawan ini sama semua kadar "kerelaannya"?
Sebenarnya tidak, Â beberapa pembagian kerelaannya antara lain:
1. Relawan banget. Â Ini yang mendukung 100%, dari media sosial, Â buat baju dan poster biaya sendiri, Â kasih makan-makan teman sambil promosiin si calon sendiri dan menang atau kalah dia sedih atau gembira sendiri, Â sesudahnya dia lepas dan bebas tidak ikut -ikutan apa-apa lagi dan tidak bersalaman atau tatap muka dengan si idolapun dia rela.Â
2. Relawan ada udang dibalik batu. Ini orang sebenarnya punya agenda dan target sendiri selama "berjuang" membela junjungannya. Ada posisi tertentu yang dia incar di sistem dan kalau dia terlihat sangat menonjol saat kampanye, Â diharapkan akan mendapatkan posisi itu nantinya.Â
3. Relawan yang "paling tidaknya... ", ini susah dijelaskan definisinya karena spektrumnya sangat luas dari yang mendekati relawan jenis "udang di balik batu" sampai ke "rela  banget". Intinya,  mereka bukanlah berjuang mati-matian di kampanye biar dapat hadiah atau jabatan atau posisi politis tertentu yang sifatnya permanen,  tetapi mereka juga tidak akan menerima kalau diabaikan begitu saja setelah segala pengorbanan yang mereka lakukan.Â
Kelompok ketiga ini dengan variasi "kerelaannya" yang sangat beragam mungkin ada 75-85% relawan yang ada, Â maka kalau tidak di-"manage" dengan baik, Â dapat saja nanti menjadi "haters".
Untuk sementara,  sebaiknya tim sukses terstruktur dari partai politik dan relawan elite yang masuk ke daftar panitia semua acara-acara yang mengikutsertakan relawan jelata,  harus bijak mengatur siapa yang layak hadir di acara-acara berikutnya.  Ada kriteria jelas  batasan koordinator lapangankah,  batasan berapa banyak sumbangan donasikah atau batasan seberapa cantik atau gantengkah,  supaya yang merasa tidak memenuhi kriteria tidak usah datang.Â
Ini penting karena tidak semua relawan jelata itu orangnya "nrimo" dan pasrah tetapi ada juga yang "ngedumel". Dan kalau yang "ngedumel" ini jutaan, Â yakinlah akan dapat mengguncang dunia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H