Hebohnya Kompal Dua Hari "Sanjo" Lebaran, dari Tersesat di Lorong Surga Sampai Berakhir ke Jalan Mandi Api

"Sanjo" adalah istilah di Palembang untuk berkeliling silahturahmi ke handaitaulan selama hari raya Iedul Fitri.  kompasianer Palembang (KOMPAL)-pun punya agenda setengah resmi untuk menjalaninya. 

Pertanyaan terpenting di "WA Grup" adalah: siapakah yang "open house" ? Ini penting,  karena terkadang banyak yang mudik ke kampungnya di luar Palembang atau tetap di Palembang  namun tidak masak-masak siap menerima tamu di  lebaran kedua atau ketiga,  lebaran hari pertama biasanya dikhususkan untuk keluarga masing -masing. 

Rumah pak Agus, bu Tika, Dari (dok. Pro.)

Di hari kedua bulan Syawal,  Pringadi yang mudik, kerjanya di Jakarta, mempersilahkan mampir,  kami berkumpul di rumah pak Agus,  bikcik Tika dan anak semata wayangnya Davi, kelas 4 SD yang sudah kompasianer termuda di KOMPAL. 

Ditambah ko Dedy Huang kami ke rumah Pri yang 15 kilometer jauhnya dari rumah pak Agus dan sempat nyasar masuk ke lorong Surga yang sekitar 50 meter dari "TKP". 

Dok. Pri.

Di rumah Pringadi ada penganan menarik tape ketan putih yang dibuat sendiri oleh ibundanya Pri. 

Rumah ayah Pri (dok. Pri.)

Untungnya,  selama liburan lebaran, truk dan bus besar dilarang melintas terminal Alang-alang Lebar di Palembang,  sehingga perjalanan ke rumah Pringadi di kilometer 19 jalan raya Palembang-Jambi yang bisa 2 jam kalau macet menjadi hanya 20-an menit. 

Dokpri

Setengah jam disana,  kami meluncur ke rumah om Dues K.  Arbain,  bankir plat merah yang tugasnya di Jambi.  Kita disuguhi makanan berat dan makanan ringan yang membuat perut serasa berat sesekali serasa ringan. 

Rumah Umek Elly (dok. Pri.)

Melihat foto-foto "postingan" adegan "sanjo" kami di "WAG", maka ada yang menjadi ingin ikut lagi di "kloter" berikutnya dan kamipun kumpul lagi di rumah bikcik Tika di tanggal 7 Juni untuk ke rumah ketua "gank" Kompal,  Umek Elly. 

Ara dan Nindy ikutan keliling di "sanjo" hari ini. 

Disini kami makan model ikan lengkap dengan kuahnya yang ada kaldu udang satang. Para pencinta "seafood" pasti akan "klepek -klepek" kalau mencicipinya. 

Di rumah Selvy (dok. Pri.)

Berlanjut ke rumah Selvy yang sudah "share" foto es buah yang segar,  membuat kami bergegas kesana dan ternyata si tuan rumah yang penasaran "diceritai gosip tertentu" teman lain tentang salah satu kompetisi blog,  malah ikutan rombongan demi menuntaskan penasarannya.

Terpaksalah mobil yang selayaknya dimasuki 7 penumpang,  menjadi 8 penumpang,  kalau taksi aplikasi "online" pasti pada tidak mau. 

Kita meluncur ke jalan Mandi Api menuju rumah bu dosen Sumarni, kita makan bakso disana dan berunding mau kemana sesudah ini.  Saya kebetulan ada acara pukul 17, sementara yang lain sudah janji sama Yayan mau ke rumahnya. 

Rumah yayan (dokumen ko dedy)

Sayapun titip salam buat Yayan dan semua penumpang lain saya turunkan di simpang Charitas,  untuk menuntaskan "sanjo" hari itu. 

Ada rasa bahagia sesekali bersilahturahmi seperti ini.  Sampai ayahnya Pringadi sempat bertanya, "Kompasiana Palembang itu kantornya dimana? " Mungkin karena beliau berpikir silahturahmi seperti ini hanya terjadi kalau teman sekantor atau satu alumni. 

Padahal,  pemersatu kita hanyalah suka menulis  lalu "terjebak" di Kompasiana dan suka "nyampah" di "WAG Kompal" walaupun tetap dibatasi oleh syarat dan ketentuan yang berlaku. 

Sumber: dari dokumentasi KOMPAL