Ketika TKN merayakan tercapainya 80 juta suara yang memilih pasangan calon 01, Jokowi-Ma'ruf beberapa hari lalu, maka saya pribadi ikut merasa gembira,  karena sudah ada dua metode yang memberi isyarat Pakdhe memimpin dua periode,  yaitu "Quick Count" dan "Real Count" versi TKN dari formulir C1 yang asli.  Kebetulan angkanya tidak jauh berselisih dengan perhitungan  KPU (komisi pemilihan umum).Â
Waktu "input" data "real  count" saya anggap masuk akal,  sekitar 3 minggu dan itupun baru 70-an persen c1 terinput.  Maka kemungkinan adanya "tuyul gundul" ( menurut saya setan seharusnya tidak gundul) yang memanipulasi suara atau membuat hitungan "real count" C1 disulap secepat kilatpun menjadi tidak mungkin.Â
Tetapi tetaplah KPU sebagai produk demokratis yang disepakati di DPR yang dipayunghukumi undang-undang harus dihargai, Â tanggal 22 Mei 2019 itulah pengumuman resminya dan disapa pulalah batas partisipasi saya mendukung Jokowi melalui tulisan.Â
Sebagai napak tilas, Â saya ikut menulis soal dukungan ke Jokowi di pilkada DKI 2012, mendukung Jokowi melalui tulisan di Kompasiana dan facebook tahun 2014, tahun 2018 -2019 juga membuat tulisan dukungan di "K", tetapi tidak di "FB" karena kebetulan teman akrabku di "FB" banyak yang berlawanan.Â
Dukungan saya melalui tulisan sebelum  17 April 2019 adalah membuat "swing voter" menjadi memilih Jokowi dan bilamana mungkin yang tidak suka Jokowi menjadi juga memilih Pakde.  Pada tanggal  17 April 2019 sampai 22 Mei 2019, tujuan tulisan saya hanya mengajak semua rakyat menerima hasil di tanggal  22 Mei 2019 oleh  KPU dan kalau mungkin mengurungkan niat oknum-oknum yang mau memaksakan kehendaknya mengabaikan hasil pilihan 180 jutaan rakyat yang lain.Â
Tanggal 22 Mei dan selanjutnya, Â tim advokasi TKN yang berperan membuktikan bahwa yang dituduhkan curang kepadanya adalah tidak terbukti dan kecurangan pihak lawanlah yang justru nyata.Â
Sementara menghadapi ancaman keamanan dan ketertiban oleh perusuh adalah tugas TNI-POLRI yang aktif. Mempertahankan negara dengan persuasif dan negosiasi handal sangat diharapkan dibandingkan cara represif dan kejam seperti tragedi "Tanjung Priuk" atau tragedi "Tiannanmen".
Kalau toh saya menulis tentang Jokowi di tanggal sesudah 22 Mei 2019, secara prinsip itu tidak ada gunanya lagi untuk Jokowi atau TKN,  itu gunanya untuk menaikkan "view" atau "K-reward" saya karena memang membahas Jokowi beberapa kali saya mendapat "klik" diatas  1000.
Apalagi di 2024, Jokowi tidak akan maju lagi dan Jan Ethes-pun paling cepat mungkin maju di 2064, makanya,  saya pribadi membatasi mendukung Jokowi  sampai di 22 Mei 2019 nanti.  Yang lain boleh meneruskan kalau berpendapat lain.Â