Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ada Baju Kompasiana di Tembok Besar China

4 Mei 2019   08:29 Diperbarui: 4 Mei 2019   16:54 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kok,  kamu pakai baju kompasiana?" Tanya saya pada Markus, anak keduaku saat kemarin 3 Mei 2019 kami ke tembok besar China. 

"Nyaman, pa. Lagipula mama bilang hari ini pakai baju hitam.  Ini cuma baju hitam yang dapatnya di koper."Katanya santai. 

Dok. Pri.
Dok. Pri.

Kami berlima liburan, setelah si sulung ujian akhir SMP-nya, kebetulan mamanya anak-anak di bulan 12 lalu mendapat tiket A*r Asi* lagi promosi dari Palembang- Kuala Lumpur-Beijing pulang pergi berlima, harganya kalau dirupiahkan sekitar 16 juta. Anak yang kedua dan ketiga juga dapat minta ijin dari guru-gurunya, maka terjadwallah liburan tahun ini di tanggal 1-7 Mei 2019.


Dokpri
Dokpri

Kalau sudah berfoto berlima diatas, sepertinya sangat-sangat menyenangkan dan bahagia, tetapi harus dijelaskan dahulu bahwa sampai ke "great wall" di Badaling, China itu sangat membutuhkan kegigihan kalau mau pakai paket hemat. Kalau punya uang tidak berseri sih dapat saja ikut paket tur naik helikopter yang seorangnya dihargai 3 juta rupiah pulang-pergi.

Kalau ikut tur, naik bus wisata nyaman yang berpenyejuk ruangan, biayanya sekitar 200-an yuan atau 400-an ribu rupiah seorang. Nah, karena kami mau ikut cara rakyat jelata, maka pertama-tama kami ke stasiun kereta "subway" Dengshiko yang dekat dengan Hotel Sunworld tempat kami menginap dan membeli tiket terusan "yikatong" yang dapat diisi ulang. Oh,ya hotel itu kami pilih, karena memperbolehkan kami satu keluarga hanya satu kamar saja.

dok.pri.
dok.pri.
Dari stasiun Dengshiko (line 5), kami turun di stasiun Lishuiqiao, lalu kita pindah ke kereta jalur 13 menuju ke Stasiun Huoying.

Subway (dok.pri.)
Subway (dok.pri.)

Sampai di Huoying, kita sampailah pada bagian terberat perjalanan ini, yaitu antian panjang di stasiun Huangtidian, dimana ribuan wisatawan "paket hemat" berjejalan hanya untuk menunggu giliran memasuki kereta S2 menuju ke Badaling, tempat dimana Tembok Besar China yang paling sering dikunjungi. Kurang lebih 50 menit kami mengantri di stasiun ini.

Antri di stasiun Huangtidian (dok.pri.)
Antri di stasiun Huangtidian (dok.pri.)

Mungkin hanya di stasiun inilah dapat dijumpai pemandangan seperti foto dibawah ini, yaitu tempat duduk ruang tunggu yang kosong, karena semua yang antri harus berdiri. Ini memang diakibatkan jumlah wisatawan saat bulan Mei sedang ramai-ramainya, kalau di bulan Desember konon kabarnya sepi, karena sering berkabut dan lantai Tembok Besar Chinanya sangat licin.

dokpri
dokpri

Di dalam keretapun masih berdesak-desakan, karena banyaknya pengunjung, sehingga gerbong makananpun  harus diisi oleh penumpang yang rela lesehan asalpun bisa sampai ke salah satu dari 7 keajaiban dunia itu.

dok.pri
dok.pri

Tembok Raksasa di China adalah infrastruktur pertahanan paling hebat di masa lalu, panjangnya sejauh 21.196 kilometer terbentang dari timur ke barat negeri China yang catatan sejarahnya sudah 2700 tahun, dibangun oleh 3 dinasti Yan,Zhao dan Qin. 

Tembok ini tetap dipertahankan dan diperbaiki oleh generasi selanjutnya, sampai akhirnya raja Qin Shi Huang sukses menyambungkan semua sisi tembok untuk membendung serangan suku Barbar dari utara. Saat ini yang tersisa dari tembok ini hanya 30% saja, yang lainnya tinggal reruntuhan.

Konstruksi bangunannya sangat mengagumkan, karena disusun diatas bebatuan granit yang keras dan penyusunannya sangat teliti dan tahan lama.

dokpri
dokpri
Sesampai di stasiun kereta Badaling, kita berjalan kurang lebih 500 meter untuk ke tempat karcis masuk ke tempat wisata itu. Biaya naik kereta pulang pergi 22 yuan atau kurang lebih 47-an ribu rupiah perorang.

Ada cara lain ke tempat ini yaitu naik bus, tetapi kabarnya bus ini banyak calonya yang mengarahkan wisatawan ke bus "tidak resmi" sehingga harganya lebih mahal. Lalu sering diajak dahulu ke tempat-tempat belanja yang membuat pengeluaran lebih besar.

dokrpi
dokrpi

Selanjutnya kita beli tiket masuk 40 yuan perorang, kalau naik kereta keatas,ditambah lagi biayanya 140 yuan, tetapi tidak capek dibandingkan jalan kaki yang memakan waktu 30 menitan lagi menanjak.

Beli tiket (dok.pri.)
Beli tiket (dok.pri.)

dok.pri.
dok.pri.

Kereta untuk naik ke atas itu membentuk sudut 45 derajad dan pemandangannya sangat bagus, tetapi yang penting memang tidak harus berpanas-panas dan berkeringat lagi.

dok.pri.
dok.pri.

Akhirnya, kurang lebih pukul 13 kami sekeluarga sampai di Tembok Besar China dan ambil foto-foto disana bersama ribuan wisatawan lainnya. Padahal kami dari hotel sejak pukul 7 pagi. 

Kalau mau lebih santai, sebaiknya dari tempat menginap pukul 4.30, karena "subway" sudah ada jadwalnya pukul 5 subuh dan yang mengantri ke tujuan wisata ini masih sedikit.

dok.pri.
dok.pri.


https://www.youtube.com/watch?v=b0_L_jnrQGQ

Sekembali dari sana dan mau pulang ke stasiun Badailing, kami sempatkan berfoto di sebuah patung yang katanya kaisar yang membangun tembok itu, tetapi prasastinya bahasa China, jadi enggak mengerti juga.

dok.pri.
dok.pri.
Sayapun jadi mengerti mengapa orang bule banyak ke China walaupun penduduk dan petugas disini kurang peduli wisatawan luar negeri, karena memang ada versi murahnya, walaupun ada versi mahalnya. Wisatawan dalam negeri di Chinapun ternyata banyak "bingits", sehingga dari semua propinsi tetap ingin menjajal berjalan sejauh kesanggupannya di Tembok Besar China, karena ada mithos siapa yang paling jauh jalan menyusuri tembok, maka akan banyak dapat rejeki. Wah, lain kali sajalah,ya.....Enggak kuat...

Oke, itu laporan hari kedua kami di China, semoga ada manfaat dan bikin kepingin kesini lain waktu.

sumber: dokumentasi kompal
sumber: dokumentasi kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun