Penantang sang pertahana adalah pemberi soal-soal yang harus dijawab, kalau banyak jawaban benar, akan lulus, tetapi kalau banyak jawaban salah maka rakyat akan mengalihkan dukungan.
Keuntungan pertahana adalah, mereka berkampanye sembari kerja, berkonsolidasi sembari bekerja dan menyiarkan keberhasilan pekerjaannya sembari kerja dengan dana anggaran negara. Jadi, sejak dilantik, sang pertahana memang sudah mengkampanyekan dirinya lagi untuk periode berikutnya melalui pidato kenegaraannya.
Penantang baru berkampanye kalau sudah lolos seleksi calon penantang dan dana berkampanyenya harus menyiapkan sendiri, jejaring tim suksesnya menyiapkan sendiri, lalu isu-isu dan persoalan yang akan diluncurkan ke rakyat harus memikirkan sendiri. Jadi jelas akan kalah persiapan, kalah sumber daya tenaga dan uang.Â
Pertanyaannya, kalau sudah tahu dari awal sudah tertinggal disana-sini dan tetap berani maju melawan pertahana, lalu kalah, siapa yang harus disalahkan? Andai lagu "Sapa Suruh Datang Jakarta" ini diganti kata-katanya menjadi "Sapa Suruh Lawan Pertahana", kira-kira enak tidak dinyanyikan, ya?
Sapa suruh lawan pertahana
Sapa suruh lawan pertahana
Sandiri suka sandiri rasa
Endo..e..sayang...
![sumber: dokumentasi kompal](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/04/26/kompal-5cc1f362cc52834f665faf05.jpg?t=o&v=555)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI