Walau kita tahu penghitungan hasil pemilu berjenjang dari TPS ke tingkat selanjutnya dilakukan secara manual,  namun isu adanya serangan "hacker" ke server KPU cukup membuat gemas, walau sebenarnya lucu, manual ya tidak  dapat  diubah pakai  pulsa, komputer hanya numpang mengetik tokh, bukan menghimpun data  langsung.Â
Katanya ada ahli IT dari Singapura, yang pinternya melebihi pakar IT Indonesia, Â dapat "ngehack" hasil di KPU menjadi terbalik -balik atau berakrobat ria, Â meski dihitung manual.Â
Di Youtube dan media sosial lain pun,  perjuangan kedua kubu belum selesai,  beredar berbagai hasil "real count" dengan mengaku resmi dari  KPU dan dijadikan "legitimasi" untuk mendelegitimasi hasil karya 160-170-an anak bangsa,  demi ambisi para elite politik.Â
Saya sebenarnya sudah capek menulis soal pemilu dan maunya nulis puisi atau cerpen lagi,  tetapi karena sampai 22 Mei 2019, pengumuman resmi KPU,  tetap ada upaya perang dunia  maya memanas-manasi rakyat yang sudah capek,  maka sayapun berkewajiban tetap menulis menjelaskan ke rakyat bahwa mereka sudah dapat berdamai lagi dengan teman-teman ataupun saudara sendiri yang ribut sementara karena pesta demokrasi 5 tahunan ini.Â
Biarkanlah "cyber army" menggonggong,  para timses dan relawan yang belum "move on" mengumumkan perang harakiri habis -habisan,  tetapi rekonsiliasi di arisan,  di komunitas,  di keluarga,  di kantor dan di satu lorong  rumah tetap melaju.Â
Yang capek,  biarlah istirahat dan memulai  lembaran baru  dan yang masih mau ribut  karena kontrak kerjanya sampai  akhir tahun silahkan ribut di dunia maya.  Mungkin sisa dana kampanye  belum  habis,  ya manfaatkan saja sampai saldo  nol.Â
Setuju?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H