"Aku belum dapat undangan ke TPS..."Keluh temanku di "WA Groups" dokter komunitas tertentu di Palembang, lalu "chat" berikutnya dia sepertinya curiga si pak RT (rukun tetangga) yang menjadi ketua TPS (tempat pemungutan suara), sengaja tidak memberikan, karena dia berbeda pilihan dengan si pak RT.
"Memangnya kamu pernah mengobrol dengan pak RT?"Tanya saya.
"Enggak, jarang berurusan, yang bayar jaga malam dan iuran sampah juga pembantu saya."Kata si teman lagi. Lalu dia malah mengaku beberapa kali pilkada pemilihan walikota atau gubernur, dia malah tidak memilih, hanya saja tahun ini dia tergerak ikut pemilu.
"Makanya, TS (teman sejawat)...Akrabilah sekali-sekali pak RT-mu. "Sowan" perkenalan ataau berlebaran atau sekedar tanya-tanya kegiatan RT dan sesekali menyumbang konsumsi kalau bergotong royong, kek. Jangan terlihat cuek. Lagipula pemilu kali ini boleh menunjukkan E-KTP, kok." Kata saya meyakinkannya untuk tetap berani memilih ke TPS di jam 12 siang kalau memang sampai hari "H" minus 1 belum dikasih undangan ke TPS.
Saya pribadi dengan pak RT termasuk kenal dekat karena beliau beberapa kali berobat ke saya dan keluarganya juga sering berobat gigi ke istri saya. Khusus untuk pak RT kita kasih "diskon" atau malah gratis, lihat-lihat kasusnya. Kalau beliau punya hajatan atau ada kegiatan RT pun saya usahakan ikut atau kalau tidak dapat ikut, saya menyumbang konsumsi atau hadiah kalau untuk lomba 17-an. Pokoknya, pak RT kenal saya dan saya tidak sungkan mengobrol dengan pak RT.
Maka jangan heran setiap ada acara pemilu, baik nasional maupun daerah, saya pasti mendapat undangan, mungkin pak RT menjadi tidak enak hati kalau saya harus pakai E-KTP dan berdebat atau bertengkar dengan petugas TPS kalau tidak mendapat undangan.
Jadi, bagi anda-anda yang tampaknya kesusahan atau merasa disusahin mendapat undangan mencoblos tahun ini dan memang di masa lalu anda memang tidak pernah mencoblos dan tidak pernah berkomunikasi dengan pak RT saudara, mulai sekarang berubahlah. Jadikan pak RT sebagai teman atau mitra dalam berinteraksi sosial dan berdemokrasi, karena kalau sampai anda "terlewatkan" oleh pak RT (ketua TPS) diberikan undangan mencoblos dan pilihan anda kalah 1 suara saja, maka itu namanya sesuai pepatah : karena nila setitik rusak susu sebelanga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H