"Masih mual, Pak?" tanya saya kepada pasien lelaki usia 30-an tahun yang masuk dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena mual dan muntah, tidak terlalu hebat, tetapi cukup membuat istrinya panik.
Kebetulan muka si bapak tidak simetris akibat gangguan saraf muka (nervus kranial VII, facialis) sebelah kanan yang mengakibatkan bibir kanan tertinggal kalau senyum dan alis mata kanannya pun bergerak lambat.
Malam itu mereka rencananya mau memakai BPJS Kesehatan, tetapi tanda-tanda vitalnya masih normal, baik nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan, hanya ada bising usus meningkat dak muka tidak simetris tadi.
Namun kelainan refleks patologis syaraf di kaki tidak terlihat, maka diagnosis kerja "stroke" dapat disingkirkan dan indikasi rawat inap belum diperlukan. Â Selanjutnya, atas permintaan rawat sendiri, si bapak pun masuk rumah sakit karena ternyata ada asuransi "swasta' lainnya yang dapat diklaim "rembes" asal rawat inap.
"Sudah kurang mualnya, dok. Tetapi tolong saya dirawat minimal 3 hari, ya, dok. Biar asuransinya dapat dipakai."Kata si bapak memohon dengan sangat sopan, walaupun saya yakin dari namanya bukan orang Jawa.
"Baru beberapa bulan, dok. Obat syaraf untuk sakit mulut miring itu memang membuat perut suami saya sering pedih dan terkadang membuat lemas seperti ini."Katanya.
Penyakit ini sendiri penyebab utamanya belum jelas, ada kemungkinan karena infeksi virus atau kelainan metabolisme tubuh di saraf 7 tersebut atau ada dugaan karena tekanan angin kalau seseorang bermotor lama atau berkipas angin yang tekanan tinggi kena di daerah muka.
Setelah pemeriksaan USG (ultrasonografi), rekam jantung dan pemeriksaan darah, disimpulkan memang penyakit si bapak hanyalah lecet di lambung karena obat-obatan untuk "Bell's palsy-nya", maka ditambahkan beberapa obat pelapis mukosa lambung, penurun asam lambung dan pengurang gerakan lambung. Tiga hari di rumah sakit, si pasienpun dipulangkan.
Yang menarik dari beberapa pasien "bell's palsy" yang saya obati karena datang pertama kepada saya dengan muka asimetris atau datang dikonsulkan oleh dokter syaraf karena komplikasinya, jarang sekali yang pemarah atau emosinya berubah drastis.
Berbeda dengan pasien "stroke" atau CVD ("cerebro vascular disease") dimana sebagian dari pasien itu berubah emosinya dari biasa menjadi pemarah atau penyedih, bahkan ada yang biasanya pemarah menjadi penyedih dan penakut misalnya.
Ini kemungkinan karena gangguan di otak besar dapat mengganggu sistem "limbica" yang mengatur fungsi luhur seseorang, termasuk daya ingat, emosi, moral dan intelektual lainnya. Kalau "bell's palsy" kelainannya di saraf kranial saja dan tidak mengganggu fungsi luhur.
Pengobatan "bell's palsy" adalah dengan vitamin syaraf, juga dapat dilakukan fisioterapi dan kesembuhannya dapat mencapai 100% tanpa gejala sisa.Â
Jadi sebagai dokter, kalau mengobati pasien kasus begini akan lebih santai dan boleh sedikit bercanda untuk membuat suasana lebih kekeluargaan.Â
Namun kalau pasien "stroke" harus lebih hati-hati bertanya dan menerangkan penyakit mereka, karena kalau salah omong dan si pasien tersinggung, dapat saja kita dimarah-marah atau membuat dia menangis yang membuat pengobatanpun dapat kurang optimal.