Debat kedua tanpa kisi-kisi, adalah sangat mudah dijawab oleh Jokowi karena beliau mengerjakan tugas-tugasnya dengan pengawasan langsung. Mobilitasnya yang dapat mengunjungi ratusan titik proyek atau acara dalam sebulan sulit ditandingi oleh kepala daerah sekalipun, karena membutuhkan kesehatan yang prima, protokoler yang sangat sigap dan sambutan masyarakat yang tidak "resistent" terhadapnya.
Apa yang akan dikerjakan mendatangpun pasti sudah diperhitungkan, ibarat membangun rumah, setelah fondasi maka akan dibuat tiang bangunan, lalu dinding, atap, lantai dan terakhir mungkin listrik dan jendela pintu. Itu pasti sudah diperhitungkan, karena penyakit bangsa ini dia sudah tahu semua, tinggal mencari skala prioritas dan mencari duitnya dari mana.
Selanjutnya, Jokowipun yakin nantinya, kalau Tuhan berkenan dia memimpin negeri ini lagi, maka efek "tail coat" yang dipengaruhinya dan cawapres Kyai Ma'ruf Amin mampu meningkatkan perolehan kursi partai-partai pendukungnya, sehingga secara fraksi maupun perkursi dapat memenangkan program-program yang direncanakannya.
Masalah dukungan parlemen inilah yang pada awalnya membuat sulit pengambilan keputusan di awal-awal pemerintahan Jokowi-JK, karena Partai Golkar, P3 dan PAN masih memihak oposisi. Meskipun saat ini PAN sudah keluar dari koalisi pemerintahan, namun produk-produk legislatif yang terbantu dengan dukungan mereka saat bergabung cukup membantu untuk langkah-langkah strategis ke depan.
Prabowo dalam menjabarkan programnya, memang sulit menentukan pilihan apakah harus "pokoknya berbeda" atau sedikit memperbaiki apa yang sudah dikerjakan dengan beberapa usulan. Namun, suatu hal, "tail-coat-effect" dirinya dan Sandiaga Uno yang sebenarnya dua-duanya dari GERINDRA ke partai-partai pendukungnya apakah berpengaruh?Â
Beberapa survey melaporkan, apapun langkah-langkah, pernyataan ataupun aktifitas yang dilakukan para capres-cawapres dari 02, elektabilitas partai Gerindra tetap meningkat daripada hasil pileg 2014. Namun partai pendukung lainnya menurut survey ternyata keterpilihannya berkurang, kecuali Partai Demokrat yang masih "rajin" mempromosikan AHY untuk tahun 2024.
Inilah yang membuat Profesor Yusril Ihza Mahendra memutuskan partainya PBB mendukung Jokowi-Ma'ruf di pilpres 2019 ini karena fokusnya adalah memiliki fraksi di parlemen dan pasangan itulah yang lebih menjanjikan , seperti video di bawah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H