"Mengapa begitu, ya, dok? Hujan deras, saya biasa saja, tetapi kalau sudah hujan gerimis, sesak dan batuknya bertambah hebat." Si pasien bapak-bapak usia 60 tahunan itu membuat pertanyaan yang cukup membingungkan sekaligus menantang.
"Mungkin kalau hujan gerimis, butiran airnya lebih kecil, jadi dapat terhirup memasuki lubang hidung, kalau hujan lebat, butiran airnya besar-besar langsung jatuh ke tanah..."Jawab saya logis saja memakai teori fisika dan fisiologi ventilasi pernapasan.
"Oh, pantas. Berarti kalau hujan gerimis, saya harus berteduh kalau naik motor,ya, dok?" Tanyanya lagi.
"Iyalah,pak. Yang bukan asma saja kalau hujan harus berteduh, apalagi yang asma dan jangan lupa memakai masker,ya?" Kata saya.
Tetapi pertanyaan sepintas itupun saya tanyakan pada beberapa pasien lain dan merekapun sebagian besar mengaku merasakan hal yang sama dan sebagian sudah mengerti disaat hujan gerimis mereka harus pakai inhaler antisesak ataupun obat makan asma lainnya.
Patofisiologi yang paling mungkin, adalah kelembaban udara saat hujan gerimis mengundang sensitifitas selaput lendir saluran napas yang membuatnya bengkak dan banyak lendir. Bunyi mengi pun muncul.
Saran saya akhirnya kepada seluruh pasien asma di musim hujan ini, pakailah semprotan inhalernya kalau terpaksa keluar rumah saat hujan, terutama hujan gerimis, ditambah kalau tempat tidur di kamar terlalu dekat jendela atau "air conditionet", geserlah menjauh.
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H