Tahun 2010, entah dapat "kesambet" darimana aku membuat cerita pendek ini. Kisahnya kurang lebih mengenai orang miskin yang menjadi presiden, kisah itu di facebook sempat viral dan aku cukup dikenal, temanku di FB mendadak banyak yang mendekat mencapai 4000-an, sempat ada salah satu produser kenamaan di TV swasta menanyakan apakah kisah itu dapat dia buat drama musikal? Belum sempat kujawab ternyata si produser tidak menghubungi lagi. "Kecele, deh".
Nah, setahun kemudian aku kenal nama Jokowi di Kompasianival pertama tahun 2011, lalu 2012 ikutan nulis mempromosikannya di pilgub DKI tahun itu.
Awal 2014, aku awalnya memikirkan capres lain, dari Prabowo, Dahlan Iskan, Mahfud MD sampai akhirnya Jokowi diputuskan PDIP menjadi capres, saya pun yang terkejut setengah terpaksa menjagokan beliau, karena alasan klise, kemiripan dengan tokoh di cerpenku tahun 2010 itu yang namanya Nowan.
"Kamu tuh naif banget, ya. Dia itu "boneka"..." Kata temanku dari SMP, sebut saja namanya Bunga. Alasannya, dia sudah studi "postingan" di internet saat itu tahun 2014 yang hasil akhirnya menurut dia Jokowi tidak layak, sementara aku yang dengan lugunya mengaku relawan Jokowi di FB maupun Kompasiana dianggapnya telah tertipu.
Makanya,minggu lalu, saat bertemu di Jakarta, si Bunga yang ternyata sudah memutuskan memilih Jokowi ini, aku tanya serius tentang apa pemicunya dia berubah haluan.
"Tahun 2013-2014 saya baca semua berita tentang Jokowi, entah berita jujur atau "hoax", enggak ngerti. Kesimpulan saya dia "karbitan", "boneka" dan alat orang-orang di belakangnya saja. Sekarang, saya lihat hasil kerjanya, ada plus minusnya, tetapi akumulasinya bagi saya tetap positif. Ini orang bisa kerja."Katanya.
"Terus, lawannya?" Tanya saya, karena pemilihan presiden tahun ini adalah "rematch" lima tahun lalu.
"Saya tidak ketemu sesuatu yang baru, informasinya, kelebihannya dan kekurangannya tetap sama dari lima tahun lalu. Lalu saya mau kasih penilaian apa lagi?"Katanya mantap.
Diapun membahas salah satu cawapres yang menurutnya bagus untuk 2024 tetapi tidak sekarang, berat, takut gak kuat.
Nah, relawan Jokowi atau yang lain seharusnya bertanya pada orang-orang yang berubah haluan begini, apa sebabnya. Ini adalah individu yang mandiri, memilih karena mempelajari rekam jejak dan bukan karena terobsesi cerpen seperti saya atau diintimidasi senior untuk aktifis partai.
Mereka inilah "swing voter" yang tidak fanatik, memilih karena mengamati dan mengkalkulasi dan orang-orang beginian tidak suka "hoax" dan berita bohong, kalau toh anda terpaksa bohong, usahakanlah jangan ketahuan sampai 17 April 2019, supaya mereka para pemilih kritis ini jangan marah pada calon anda dan memilih lawannya.