"Kenapa ayah saya suka bicara ngawur, dok? Saya mau kasih makan, katanya mau kasih racun. Anak saya mau mengajak main, malah dibentak, katanya mau mencekik.Â
Tetapi terkadang diam sekali atau terkadang normal." Tanya seorang teman yang ayahnya berusia 60 tahunan sudah terkena "stroke" untuk kedua kalinya.
Awalnya hanya darah tinggi biasa di 160-190 mmHg sistole, tetapi kontrol darahnya tidak teratur, belakangan tangan dan kaki kanan lemah, dapat berjalan tetapi pincang.
Lalu pasien dirawat 5 hari dan dapat berjalan normal kembali sebulan kemudian dengan bantuan fisioterapi dipijat dan disinari "infra red" dan latihan gerakan.
Tetapi setelah merasa "normal" lagi, kebiasaan tidak makan obat darah tinggi dan pengencer darah kambuh lagi. Alasannya terkadang lupa kontrol atau pergi ke luar kota dan tidak sempat kontrol, sehingga setahun kemudian kurang lebih, kena serangan "stroke" keduanya.Â
Jawaban saya kurang lebih begini, penyebab "Stroke" ada yang pembuluh darah otaknya tersumbat oleh emboli (gumpalan sel dan kolesterol yang beredar di darah), ada yang tersumbat oleh penebalan di pembuluh darah itu sendiri oleh proses aterosklerosis dan ada yang terjadi karena pembuluh darahnya pecah.
Apapun mekanismenya, selalu ada sel-sel otak yang mati kalau terjadi "stroke", kelemahan otot, sensoris ataupun fungsi luhur tergantung lokasi yang terkena.
Fungsi luhur ada di tengah-tengah otak, biasanya mencakup ingatan, moralitas, kemampuan intelektual, emosi dan hal-hal yang bersifat kerohanian lainnya, biasanya akan tertekan kalau ada kurang lebih 100 cc pembengkakan di otak akibat adanya proses edema jaringan selama "stroke".
Pasien dapat saja pelupa, ngawur, menjadi tidak sopan bicaranya, suka marah-marah dengan atau tanpa sebab maupun menangis sendiri.
Cara mengatasinya tetaplah mengendalikan tekanan darah ideal dibawah 135/85 mmHg, dengan obat hipertensi (Calcium cannel blocker, ARB, ACE inhibitor, diuretik, penghambat beta maupun penghambat tekanan darah central), aspirin sebagai pengencer darah, anti kolesterol, diuretik, bila perlu obat penenang dan antideperesi.Â
Fisioterapi juga dapat mempercepat pemulihan gerakan, tetapi sebaiknya dilakukan saat tekanan darah sudah normal.