"Kalau boleh, saya tetap kontrol di rumah sakit ini sajalah, dok. Jangan dikasih buku prolanis (singkatan: program pengelolaan penyakit kronis)"Kata pasien bapak-bapak usia 60-an tahun yang ada penyakit jantung hipertensi dan diabetes melitus.
"Bukannya bapak sudah stabil gula dan tekanan darahnya, keluhan pun sudah minimal, pak. Menunggu di rumah sakit ini lama, minimal 2 jam, kalau di puskesmas lebih cepat dapat giliran pemeriksaan, kan?" Saya menyarankan si bapak tetap kembali melapor ke dokter keluarganya, karena memang tidak mungkin semua pasien yang sudah stabil "nangkring" di rumah sakit karena membebani pengeluaran BPJS Kesehatan.
"Itulah, dok. Di puskesmas terkadang dokternya ganti-ganti. Ada yang memeriksa benaran, periksa gula darah juga, tetapi ada yang langsung menulis resep saja tanpa diperiksa, jadi saya tidak puas. Di rumah sakit ini saya pasti diperiksa, walau sebentar."Keluhannya.
"Oh, kalau begitu, bapak bergabung saja ke klub diabetes rumah sakit ini. Setiap Sabtu ada pemeriksaan tekanan darah dan gula darah dua minggu sekali, ada konsultasi gizinya dan boleh ngobrol dengan dokter, perawat serta sesama pasien lain tentang penyakit diabetes dan pengalaman mengatasi keluhan-keluhannya. Jadi obatnya bapak ambil sebulan sekali dengan prolanis, nanti kalau perlu naik dosis atau turun dosis, kita cocokkan waktu ketemu di klub diabetes." Kata saya dan tampaknya si bapak tertarik.
BPJS Kesehatan memiliki program yang sangat baik yaitu "prolanis" yang terutama untuk pasien hipertensi dan diabetes melitus. Kedua penyakit utama inilah yang nantinya akan berkembang ke penyakit "stroke", penyakit gagal dan sumbatan jantung ataupu gagal ginjal yang memerlukan cuci darah. Dengan memberi obat rutin pasien kedua penyakit ini maka semua komplikasi yang membuat banyak pasien "invalid" dan menjadi beban keluarga (sampai buang air besar, makan dan buang air kecilpun harus dibantu).
Tema program kesehatan  yaitu :"BPJS Kesehatan Melayani,Sepenuh Hati Mengabdi untuk Negeri" akan sangat terasa manfaatnya bila kita atau keluarga kita mempunyai kondisi penyakit tersebut diatas.
Dengan program "prolanis", maka pembiayaan pasien BPJS dapat lebih efisien dan efektif dibandingkan kalau "terjebak" di rumah sakit rujukan hanya untuk meneruskan obat yang itu-itu juga. Padahal dana yang dibayarkan ke rumah sakit karena pasien yang enggan ber"prolanis" ria ini dapat saja berguna ke pasien yang lebih gawat penyakitnya dan BPJS Kesehatan dapat lebih hemat.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan rumah sakit adalah menawarkan satu hari tertentu di rumah sakit tersebut pasien-pasien kronis yang sudah memiliki buku "prolanis" dan mengambil obat rutin dari peresepan puskesmas/dokter keluarga dapat bertemu, berbincang dan diperiksa oleh spesialis dan profesi lain yang berkaitan di sebuah komunitas penyakit kronis tertentu. Yang paling banyak dibuat selama ini adalah "klub diabetes melitus (DM)", dimana si pasien tidak perlu mendaftar, tidak perlu membayar karena aktifitas tersebut adalah program "promosi kesehatan dan edukasi kesehatan" rumah sakit tersebut.
Dari hasil evaluasi kami, pasien yang rajin ikut kegiatan "klub DM" ini menjadi jarang dirawat dan relatif stabil serta lebih bergembira karena tidak merasa sendirian menghadapi penyakitnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H