"Oh, bayinya sehat, ya? Mohon maaf, ada bagian tubuh yang kurang-kurang atau tidak lengkap?" Tanya saya penasaran.
"Lengkap, dok. Tidak ada cacat, sampai umur 8 bulanan ini perkembangannya normal kata dokter anak yang saya temui." Pengakuan si ibu.
Anak kedua ibu usia 30 tahunan ini cukup menarik perhatian saya karena dikandung ibunya tahun lalu saat si ibu terdiagnosis lupus sistemik yang parah. Ditandai dengan demam tinggi, muka merah menyala, sendi sakit berat dan mual muntah hebat.
Selain lupus, berbarengan si ibu hamil 4- 6 minggu dan harus mendapatkan obat sitostatika yang ada efek sampingnya terhadap janin, karena sifatnya mengganggu pertumbuhan sel dan organ tubuh.
Maka pada awalnya karena sakitnya dan karena hamil mudanya, sempat ada yang menyarankan si jabang bayi "dibuang" saja karena memperberat sakit si ibu. Dan hampir saja dilaksanakan, entah mengapa si ibu memilih lebih mempertahankan si jabang bayi sambil terus berjuang melawan penyakit lupusnya dengan memakan obat steroid dosis tinggi, sitostatika, obat mual-muntah, serta obat anti asam lambung yang kesemuanya ada kemungkinan mengganggu pertumbuhan janin.
"Entah mengapa tambah tua kehamilan, kondisi saya makin stabil dan melahirkan normal dengan selamat. Bayinya sehat tidak kurang apa-apa, sampai saat ini."Katanya semangat.
"Iyalah, bu. Siapa tahu nanti jadi presiden..."Kata saya memberi dukungan, karena walau sampai saat ini dia tetap memakan obat, dia juga masih menyusui bayi kecilnya. Lagipula sekarang ini presiden dapat dari kalangan manapun, mau priyayi, mau petani, mau ulama, pengusaha, tukang kayu atau anak penderita lupus sekalipun, yang penting terpilih secara demokratis.
Si ibu saya berikan rujukan BPJS ke rumah sakit yang sesuai , karena obat anti lupusnya hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan tipe yang lebih tinggi kalau tidak salah satu "blister" harganya dapat 300-an ribu, kalau pakai biaya sendiri pasti berat.
Penyakit ini akibat adanya sel limfosit T tubuh dan limfosit B tubuh berfungsi abnormal memakan dan menghancurkan sel-sel tubuh sendiri yang dianggapnya "musuh". Gejalanya tergantung organ yang diserang, bisa kulit, tulang, sel darah, ginjal, jantung dan otak.
Pencetus kelainan ini antara lain sinar matahari, infeksi, kehamilan, beberapa obat-obatan dan beberapa makanan. Maka dari itu hormon yang berubah saat hamil dapat memperparah penyakit.
Yang saya kagumi keputusan ibu itu tetap melanjutkan kehamilan pada saat dia sedang berat-beratnya mengalami serangan penyakit lupus.