Menonton film kartun "Spider-Man: Into the Spider Verse" bersama-sama ketiga anak lelaki baru gedeku di masa-masa libur sekolah mereka cukup membuat mereka gembira di satu sisi, tetapi di sisi lain membuat ibunya merengut karena harus membeli 5 karcis hanya untuk film animasi.
Kisah film pada garis besarnya adalah pertarungan spiderman baru, seorang remaja SMP bernama Miles Morales (disuarakan Shameik Moore) digigit laba-laba yang terkontaminasi radio aktif, kemudian memiliki kekuatan super dengan Kingpin (disuarakan Liev Schreiber), boss mafia di kota New York. Si penjahat mau membuka ruang dimensi antar waktu dengan alat "pengebor waktu". Tujuannya agar dapat berjumpa kembali dengan anak dan istrinya yang tewas kecelakaan beberapa tahun sebelumnya.
Semua mahluk yang pernah digigit laba-laba beradioaktif itu berkumpul di rumah Bibi May Parker (Disuarakan Lily Tomlin) yang ada markas spiderman canggihnya.
Banyak adegan lucu "slapstick" ala srimulat di film ini membuat anakku Lukas yang masih 7 tahun terpingkal-pingkal, pun anak balita di kursi depan kami juga menjerit-jerit senang.Â
Yang menarik ada sisi manusiawi Peter Parker diperlihatkan saat adegan spiderman yang kecapean, kelelahan, malas-malasan sambil makan pizza, menangis, ribut dengan istrinya Mary Jane dan perutnya pun mulai gendut serta dagunya banyak bulu tanda kurang bercukur.
Pesan moralnya: semua orang dapat memakai topeng, tetapi untuk menjadikan kita berhasil perlu "lompatan keyakinan". Pesan ini perlu dijabarkan ke anak remaja yang sedang mencari jati dirinya, tetapi untuk anak SD kelas dua, sepertinya belum nangkap deh maknanya.
Nilai saya untuk film ini? 8,5. Â Kalau kamu berapa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H