Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen| Ciumkan Piala Itu dari Jauh... Dan Sebut Saja Namaku Bunga...

12 Desember 2018   06:21 Diperbarui: 12 Desember 2018   12:41 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga dan Piala (dok.pri)

"Kenapa kau tak datang sendiri untuk merayakan piala itu bersamaku? Tahukah kau aku selalu menulis sambil memikirkanmu?" Kata sang penulis lepas yang sebut saja namanya Kumbang.

Dia digelari penulis lepas karena dua hal: pertama sesudah menulis, dia selalu melepas tulisannya di Kompasiana tanpa "check and recheck" sehingga banyak salah "typo" dan kurang efisien dalam bercerita, terkadang terlalu banyak kata sambung dan kata ganti yang sama, namun memang idenya unik dan menggila. Kedua, karena isi tulisannya yang kalau sudah menyindir sangat menohok ke ulu hati orang yang ingin disindir, maka dapat berlepasanlah harga diri, kebanggaan bahkan jabatan siapapun yang dia protes atau kritik.

"Terlalu riskan muncul di Kompasianival dan aku ingin selalu menjadi misterius, bagimu, bagi Kompasianers lainnya, supaya kalian tetap semangat menulis demi aku, karena aku menjanjikan hatiku, cintaku dan hasratku pada yang terbaik di tahun 2019, saat Kompasianival tiba."Janjinya.

Selain sebut saja namanya Kumbang, ada juga si sebut namanya Kupu-kupu dan sebut saja namanya Kepompong yang mengejar-ngejar si wanita misterius yang mereka namakan: sebut saja namanya Bunga. Akun Bunga sudah terverifikasi dan diyakini bahwa dia benar ada dan dia benaran wanita satu, bukan sebuah komunitas yang ramai-ramai mengelola satu akun.

Akun Bunga muncul di awal-awal tahun 2017 yang bernas menulis tentang lingkungan hidup, tentang wanita dan segala problemanya dan tentang fiksi yang kebanyakan bercerita tentang hati yang putus, kekerasan dalam rumah tangga, wanita yang tertipu oleh akun lelaki ganteng dengan pekerjaan mentereng di bank dan lain sebagainya.

Dan dia selalu mengaku "single" dengan foto profile yang cantik dan terkesan cerdas, walau pakaiannya sopan, tidak seksi yang memancing sisi gelap dari otak lelaki.

Beberapa yang berhasil "menginbox" dia dari facebook atau "direct message" ke twitter dijanjikan pertemanan lebih jika mampu membuat tulisan yang menyentuh hati si Bunga.

"Harus fiksi, bunga? Aku orang "IT", mana bisa aku buat puisi." Protes si Kepompong heboh. Dia juga "single", tepatnya "single parent" karena sang istri yang bule memutuskan pindah ke negaranya lagi karena tidak kuat tinggal di Jakarta yang macet, mereka belum dikaruniai anak,tetapi memelihara 5 anjing yang lucu. Anjing itu dianggapnya anak sendiri.

"Tak perlu, bung. Aku bisa bergairah membaca tulisan tentang kecanggihan "handpone" terbaru, apalagi kalau sampai dibelikan juga, hihihi...." Jawabnya di obrolan "FB".

"Aku masih beristri, tetapi proses cerai, Bunga, masih dapatkah aku mendekatimu? Kami tidak cocok masalah keluarga besar. Keluarga besarku terlalu banyak yang suka meminta uang, istriku marah setiap aku kasih bantuan ke mereka dan akhirnya dia minta berpisah."Kata si Kupu-kupu.

"Oh, kita lihat saja nanti, ya. Asal tulisanmu tentang politik "viral" terus, aku tidak peduli kehidupan pribadimu." Jawaban Bunga di "twit".

"Aku memenangkan satu piala, Bunga. Aku setahun lalu menulis habis-habisan dan kampanyekan diri kemana-mana biar menang nominasi hanya demi bertemu kamu. Bertemu tokh. Aku masih sendiri dan mungkin akan tetap sendiri karena calon istriku tercinta kena musibah kecelakaan pesawat beberapa tahun yang lalu, sampai kini satu kepingan pesawatpun tidak ketemu. Aku tertarik dengan kesendirianmu yang "keukeuh" itu. Apakah dua kesendirian karena kekecewaan dapat saling mengisi? Aku memenangkan piala ini supaya kamu mau datang dan tidak perlu menunggu Kompasianival tahun depan."Pinta Kumbang bak merengek via "WA", dialah satu-satunya lelaki di "K" yang dikasih Bunga nomor "WA" hanya untuk menguji apakah si lelaki mampu menjaga nomor itu untuk dirinya sendiri atau menjadi pamer dan membagi-bagikannya untuk yang lain. Sesudah 4 bulan nomor dilepas, si lelaki penyendiri tetap menjaga kepercayaan itu.

"Kamu hebat, say. Ciumkan piala itu dari sana, kirimkan rasa bahagianya "via WA" saja. Aku turut bahagia, tetapi aku tetap pada keputusanku. Di Kompasianival 2019, kamu baru tahu siapa yang dapat merebut hatiku." Pesan terakhir Bunga hari itu membuat Kumbang kecewa, jadi apa gunanya ini piala?

Ternyata Bunga tidak jauh, dia di Bekasi saja. Dia ada, dia bukan akun palsu, usianya memang sudah 30 tahun dan dia baru merasa siap melepas kesendiriannya di 2020, karena dia mau menikah di 02-02-2020, tanggal yang cantik, mudah diingat.

 Pria yang mendapatkannya haruslah pejuang di tulis menulis dan konsisten. Misalnya Kumbang memenangkan piala itu tahun ini dan kemudian meredup, tidak menulis lagi, dia sudah pasti gugur. Walau sulit dan hampir tidak mungkin menang piala lagi kalau sudah menang tahun sebelumnya, mereka dapat berlomba di "blog competition" atau menjadi menulis buku yang diterbitkan atau menjadi pembicara di kursus-kursus tulis-menulis, pokoknya ada kemajuan, ada inovasi dan itu yang dia nanti.

"Kalau saya, yang sudah beristri dan punya anak tiga, bagaimana Bunga?" Tanyaku saat membesuknya di Bekasi, rumah sakit elite yang sehari saja harga perawatannya dapat 5 juta.

"Ah, pak dokter. Apa mau dengan penderita lupus ginjal seperti saya, yang harus cuci darah setiap minggu 3 kali dan tambah darah tiap bulan 3 kantong?"Tanyanya lemah sambil tetap tidak melepaskan laptopnya yang tiap hari harus selalu dilap bersih pakai alkohol, karena Bunga mudah infeksi.

"Ya, tidak sebagai istri yang harus dibuahilah. Hanya sebagai pendamping hidup, sampai kamu sembuh atau sampai kamu menyelesaikan penyakitmu tanpa sembuh." Kutatap wajah bulat seperti rembulan dengan kemerahan di pipi yang khas lupus itu tersenyum. Dia masih berharap ada tehnologi baru yang dapat "mencuci" sel lupus ganas itu dari sel darah putihnya dan menantikan adiknya mau mendonorkan satu ginjalnya buat dia. Si adik sudah dia kasih uang 1 milyar untuk mau membantu kehidupannya berlanjut, tetapi si adik meminta tunda 1 tahun lagi karena mau menyelesaikan tesis masternya dahulu.

"Terima kasih, dok. Walau saya tidak untuk dibuahi dan memberi anak ke dokter, hanya untuk menikah karena dikasihani, saya tidak mau. Saya sudah kenal istri dokter dan dia baik, walau istri dokterpun bilang rela kalau dokter nekad menikahi wanita sakit seperti saya." Bunga menangis, pelan dan tidak histeris.

Kami bersalaman, kisah hidup Bunga sangat menarik. Penulis yang sudah punya buku "best seller" sejak usia 16 tahun, beberapa bukunya sudah difilmkan dan hartanya banyak, menderita lupus sejak 7 tahun lalu dan akhirnya menyerang ginjalnya. Dia memutuskan hanya akan menikah dengan penulis juga yang selain mewarisi hartanya yang sudah 15 trilyun, juga akan meneruskan namanya di tulisan-tulisan mereka jika menikah, walaupun akhirnya dia lebih dahulu tiada. Minimal mereka akan terkenal karena menjadi suaminya dan lebih mudah bernegosiasi dengan penerbit utama, bukan penerbit receh.

Karenanya Bunga mengikuti Kompasiana yang memiliki anggota hampir 400 ribuan akun, supaya dia dapat menyemangati ribuan penulis yang bermimpi menikahinya di 20 Pebruari 2020.

dari FB Kompal
dari FB Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun