Judul diatas adalah jawaban pasien wanita usia 50-an tahun yang biasa kontrol sebulan sekali dengan diagnosis diabetes melitus serta penyakit jantung sklerotik tanpa darah tinggi sebelumnya. Ternyata tiga kali saya periksa tekanan darahnya, saat itu 160/95 mmHg.
"Tetangganya kenapa, bu?"Tanya saya penasaran.Â
"Orang kaya, rumahnya besar dua tingkat. Kalau hujan, air dari rumahnya itu mengalirnya ke halaman kami sampai becek. Saya beberapa kali protes, tetapi katanya salah sendiri mengapa rumah saya lebih rendah dari rumah dia dan menyuruh saya meninggikan halaman dan lantai rumah juga." Kata si ibu merengut.
"Sudah lapor pak RT atau polisi?" Tanya saya.
"Pak RT biasanya lebih memenangkan orang kaya, dok. Lapor polisi nanti dituduh kita yang mencemarkan nama baik." Si ibu geram tetapi tidak dapat menemukan solusinya.
Kegeraman ini memicu impuls saraf simpatik ke jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak untuk "alert", waspada, hormon glukokortikoid pun berpacu untuk seolah mempersiapkan diri untuk bertanding.
Maka pembuluh darahpun kontraksi, denyut jantung meningkat, gula darah sedikit meningkat dan sulit tidur, efeknya adalah peningkatan tekanan darah yang biasanya 120/80 mmHg menjadi 160/95 mmHg.
Gula darahnyapun yang biasanya dibawah 200 mg/dL menjadi diatasnya, maka obat darah tinggi golongan "ACE Inhibitor" mulai diberikan, diet rendah garam dan obat diabetesnya metformin dinaikan dari 2x1 menjadi 3x1 dengan nasehat, coba perbaiki kehidupan sosial bertetangganya, supaya hidup lebih tenang dan saraf simpatiknya tidak "alert" terus-menerus.
![Dari FB Kompal](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/11/28/img-20170510-180443-5bfebe6eab12ae1f9f4b3f17.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI