Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Saya Lebih Suka Pasien Susah Tidur daripada Susah Bangun

3 November 2018   05:28 Diperbarui: 3 November 2018   05:40 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dok, bapak sekarang jadi susah tidur, maunya saya diajak ngobrol terus, minta makan, minum, padahal yang dimakan dan diminum sedikit. Bolehkah dikasih obat tidur,dok?"Tanya anak pasien kelainan hati yang namanya sirosis hepatis (penciutan hati) akibat hepatitis B yang kronis yang masuk rumah sakit 4 hari lalu justru dengan keluhan pingsan.

"Wah, saya sebenarnya lebih senang bapak ini susah tidur daripada susah bangun sekarang. Tadi saya tanya, bapak ini mengaku bisa tidur, tetapi sebentar waktu siang."Kata Saya.

"Iya, Dok. Dia tidurnya sebentar sekitar pukul 12 siang ke pukul 3 siang. Sesudah itu mengoceh terus cerita masa lalunya, sampai malam, sampai subuh..."Keluh si anak yang usianya 30-an tahun terhadap ayahnya yang usia 60-an tahun.

Rupanya kendalanya si anak tidak bisa tidur, sementara yang menjaga si bapak hanya dia sendirian akibat keluarganya yang lain ada pekerjaan yang lain, sementara si anak wanita yang satu ini ingin merawat ayahnya dengan sungguh-sungguh, sampai hari keempat. Menjelang hari kelima dan si pasien mulai sadar dari kelemahan dan gangguan kesadaran otaknya yang dinamakan ensefalopati hepatik, dia mulai capek juga.

"Saya lebih senang pasien ini susah tidur daripada susah bangun. Karena waktu masuk ke rumah sakit alasannya si pasien seharian tidak bangun-bangun, bukan? Sekarang si pasien sudah mulai bangun, masak saya malah kasih obat tidur?"Tanya saya ke si ibu meminta dia berlogika sedikit.

"Iya, juga, sih, dok. Mungkin saya sebenarnya yang perlu tidur. Saya minta gantian jaga keluarga yang lain saja."Katanya.

Si anak akhirnya menemukan sendiri solusinya, dia kelelahan dan dia mau tidur atau istirahat setelah mungkin 4 hari-4 malam terjaga merawat ayahnya. Semangat mengabdi yang dia ingin tunjukkan dalam 4 hari itu akhirnya luluh juga akibat kondisi fisik dan mental yang mulai meminta diistirahatkan.

Kondisi ensefalopati adalah gangguan kesadaran akibat penumpukan zat-zat tertentu di otak yang menurunkan kewaspadaan, bisa derajad ringan dari hilang konsentrasi, bicara ngawur, mudah mengantuk sampai koma. Zat yang biasa membuat ensefalopati adalah amoniak pada penyakit hati dan ginjal, alkohol, obat-obat tertentu dan protein kekebalan tubuh (sitokin) tertentu kalau ada infeksi berat.

Untuk penyakit hati, maka dikendalikan kelainan hatinya, misalnya kalau banyak sel hati pecah dikasih zat hepatoprotektor, dikasih asam amino esensial yang mampu berkompetisi dengan asam amino yang suka membuat amoniak, sehingga kandungan amoniak di otak berkurang, serta diobati penyakit infeksinya di usus, dengan antibiotik untuk saluran cerna.

Obat tidur harus hati-hati pada pasien-pasien yang justru datang ke rumah sakit akibat kesadarannya menurun. Dapat saja, begitu obat tidur dikasihkan, si pasien tertidur pulas sepulas-pulasnya tanpa bangun-bangun dalam jangka waktu lama lagi.

Seringnya keluarga pasien meminta obat tidur untuk si pasien ini (terutama untuk pasien kambuhan) yang sering dirawat dalam setahun, membuat saya berpikir perlunya semua penjaga pasien diberi pengertian akan resiko menjaga di rumah sakit, salah satunya kelelahan. Walau tidak sering, tetapi pernah ada kasus, penjaga pasien yang sudah nenek-nenek, terpaksa dibawa ke IGD (instalasi gawat darurat) karena pingsan saat memberi makan suaminya.

Tukaran jaga sebaiknya tetap diusahakan kalau ada salah satu anggota keluarga dirawat inap. Jangan sampai rumah sakit harus menambah pasien baru, gara-gara si penjaga pasien yang sudah lebih 2 hari menjaga "K.O" kecapekan.

dari FB Kompal
dari FB Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun