"Nah, untunglah kau datang. Ada yang ingin kutanyai tentang insulin...."Kata tuan rumah arisan yang istrinya dan istri saya satu marga.
"Oh, Akang pakai insulin, ya? Kenapa?" Tanyaku.Â
Akang adalah panggilan untuk saudara yang lebih tua. Saya tanyakan hal ini karena insulin biasanya diberikan untuk pasien yang tergantung insulin (tipe 1, diabetes dalam kehamilan) atau yang tidak tergantung insulin (tipe 2) tetapi ada komplikasi ke jantung, ginjal, "stroke" atau koreng yang lama.
"Sebulan lalu aku dirawat, gulaku tinggi, tiga ratusan. Jadi disuntikkan insulin.Nah sampai sekarang aku pakai suntikan insulin 4 kali. Sebelum makan 3 kali dan pukul 5 sore disuntik sekali." Katanya.
Lalu si Akang ini mengaku menyuntik insulin diajari setengah jam sebelum makan dan terkadang lemas, juga merasa tambah gemuk. Dosis insulinnya disuruh 10 unit yang 3 kali dan 12 kali yang pukul 5 sore.
Lalu kuminta perlihatkan dua jenis insulin yang diberikan, satunya kerja panjang, idealnya diberikan pukul 5 sore yang berfungsi mengendalikan gula darah saat kita tidur malam.
Saat kita istirahat pukul 9 malam sampai pukul 5 pagi misalnya, 8 jam itu kita tidak makan, maka gula darah sebagai sumber energi didapat dari pemecahan glikogen (cadangan gula glukosa) di hati. Untuk pasien diabetes melitus, glikogen ini dipecah berlebihan, sehingga kadar gula puasa pun masih diatas 126 mg/ dL.
Insulin satunya lagi bekerja sangat cepat. Gunanya menurunkan gula darah segera sesudah makan sebaiknya dibawah 200 mg/dL. Diyakini puncak kenaikan gula segera sesudah makan inilah yang berperan dalam merusak pembuluh darah dan organ vital seperti ginjal, jantung, otak dan hati. Penyuntikan insulin itu seharusnya sesaat sesudah makan, bukannya setengah jam sebelum makan karena akan membuat lemas karena gula darah tambah turun saat lapar.
Selanjutnya mengapa dia bertambah gemuk? Karena insulin memang membuat banyak cadangan otot, lemak dan glikogen di hati. Karena dosis insulinnya tidak terlalu tinggi, saya sarankan si saudara satu arisan ini minta dokternya mengganti ke obat diabetes oral yang cocok untuk orang gemuk saja, misalnya metformin.
"Untunglah kau datang, jadi aku bisa tanya-tanya. Kalau di rumah sakit, waktunya terbatas,kan?" Katanya.
"Iyalah, untunglah belum ada komplikasi dan efek samping hipoglikemia. Lain kali kalau ada keluhan, hubungi saja, jangan menunggu parah dahulu..." Kataku.
Begitulah enaknya ngobrol kesehatan dan penyakit atau obat saat arisan. Daripada gosip tidak jelas dan membuat hati sebal atau berdosa menjelekkan orang lain, maka kalau ada anggota arisan yang dokter atau apoteker atau perawat,sebaiknya bahas hal-hal yang bermanfaat seperti itu.
Karena di tempat tugasnya, jam kerja, belum tentu puas bertanya jawab akibat banyaknya antrian pasien.
Misalnyapun tidak ada peserta arisan yang dokter, bolehlah mengundang kenalan lain yang berpfofesi kesehatan untuk membahas berbagai penyakit, sekadar membuka wawasan atau mengenal kedaruratan penyakit tertentu yang sering terjadi, musalnya: penyakit jantung, pentakit "stroke",hipertensi dan diabetes melitus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H