"Itu apaan mbak?" Tanya saya kepada perawat gigi rumah sakit kami yang baru melahirkan 4 bulan lalu dan bertekad tetap menjalankan air susu ibu (ASI) eksklusif sampai si bayi cantiknya berumur 6 bulan.
"Tidak pernah bolong, ya?" Tanya saya kagum dengan semangatnya menghindari si buah hati dari susu sapi.
"Enggaklah, dok. ASI saya kebetulan banyak, juga sekalian untuk KB (keluarga berencana) alami." Katanya mantap.
FA satu dari beberapa pekerja di rumah sakit kami yang "keukeuh" ingin tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu yang baik. Salah satunya adalah ASI selama 6 bulan penuh dan kebetulan rumah sakit juga menyediakan tempat memompa ASI dan menyimpannya.
Selain keuntungan nilai gizi dan tidak alergi yang terkadang terjadi pada susu sapi, cara menyimpan susu ini lebih ekonomis dan praktis. Kebersihannya relatif terjaga karena si ibu lebih fokus memperhatikan "produksi tubuhnya sendiri."
Lagipula kalau air susu itu tidak dipompa, maka akan terasa sakit di buah dada sang ibu akibat tekanan cairan itu dalam volume lebih.
"Pekerjaan terganggu atau tidak, selama masa ASI eksklusif ini?" Tanya saya penasaran.
"Tidak juga, dok. Malah hati lebih segar karena selalu ingat sang buah hati di rumah. Saya masih merasa dia bagian dari diri saya sepenuhnya dan belum tergantikan dengan susu sapi."
Terharu? Pastinya.....