Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen| Setelah Operasi Plastik Gagal, Mereka Cuci Tangan Massal

4 Oktober 2018   22:50 Diperbarui: 4 Oktober 2018   22:56 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mahal amat operasi plastik 90 juta. Di klinik kecantikan di lorong kami cuma 90 ribu juga dapat, kok. Yang mengerjakan memang bukan dokter spesialis, tetapi mereka terlatih di ibu kota Jaya-jaya." Kata Angelic si cantik berbulu mata lentik.

Hampir semua mukanya "dipermak" dua tahun terakhir tetapi tidak sempurna, matanya kelopak mata kiri terlalu besar kantungnya, lubang hidung kirinya terlalu sempit sehingga suaranya sengau, terkesan pilek terus dan bibirnya yang atas terlalu tipis bak lidi.

Tetapi kita tahu sebenarnya wajah itu cantik namun operasi plastik murahan membuatnya aneh, tapi jangan bilang-bilang,ya.Dia tidak segan-segan menggigitmu kalau kau bahas wajahnya itu.

"Sembilan puluh ribu juga kemurahan, Mbak Angelic, yang mengerjakan dokter estetika?"Tanya Anya Sampulkaset penasaran.

"Bukan, bukan dokter pokoknya, lulusan sekolah kecantikan khusus operasi plastik. Cara kerjanya kayak "ketok mejik", pakai tenaga dalam dan tidak boleh dilihat waktu operasinya. Pamali!" Tambah Angelic.

"Benar gak, mbak Harum Abis?" Anya bertanya pada salah satu teman yang pernah operasi kuping di klinik itu dan bentuk kupingnya jadi seperti kurcaci yang kanan, runcing ke atas.

"Ya, jodoh-jodohan juga kayaknya. Ada yang jadi tambah cantik, tetapi ada juga yang gagal sampai daging hidungnya terlepas saat tertiup angin di pantai, jadi kelihatan seperti hidung tengkorak deh." Harum Abis bergidik membayangkan peristiwa yang dialami temannya tahun lalu Armel Tomyam. Sampai sekarang lubang hidungnya yang terlihat tulang-tulang dasar tengkorak itu hanya disumpal kapas saja yang diganti sehabis mandi. Armel takut operasi ulang, karena takutnya hasilnya tambah parah.

"Jodoh-jodohan,lah,ya. Okelah. Saya coba, karena uang saya memang sedang "cekak", tetapi hidung pesek dan bibir tebal ini sangat tidak enak dilihat."

Anya Sampulkaset dengan tekad bulat masuk ke Klinik Kecantikan "Petantang-petenteng" tanggal 21 September dan langsung ikut proses "operasi plastik" dua hari ditempeli mukanya dengan plastik kresek benaran dan tidak boleh dilepas-lepas.

23 September pun plastiknya dibuka dan betapa terkejutnya Anya saat dilihat bibirnya melengkung mirip huruf w yang terlihat seperti bibir atas kucing serta matanya sipit segaris bak gadis jepang yang belum bangun tidur.

"Lho, kok jadi begini, pak?" Tanya Anya setengah menjerit pada pengoperasinya.

"Sesuai permintaan mbak Anya di resepsionis kami, yaitu: mbak Anya ingin senyuman malu-malu kucing dan kedipan mata gadis Jepang di pagi hari. Itulah hasilnya." Sang operator menunjukkan bukti tulisan tangan Anya sebelum naik ke tempat tidur "operasi".

"Wah, kalau jadinya aneh begini, saya minta diulang operasi ke muka saya yang dahulu lagi,pak."Anya kali ini setengah memekik marah dan memohon.

"Maaf, mbak. Tunggu lima bulan lagi, jadwal kami untuk memperbaiki ketidakpuasan pasien sudah penuh. Harganyapun jadi dua kali lipatnya, karena harus bongkar pasang lagi." Penjelasan tuan Terapikitiuw sesabar-sabarnya, sepertinya dia sudah terbiasa dengan ketidakpuasan  pelanggan.


Cuci tangan (dok.pri)
Cuci tangan (dok.pri)
Anya dan muka anehnya keluar dari klinik kecantikan lorong itu dengan tatapan melongo orang-orang dari parkiran, ojek, "LRT", becak, sampai ke rumahnya. Bahkan ada yang tersenyum geli.

"Mbak Angelic, mukaku jadi aneh. Bagaimana ini? Mau dibalikin awal nunggunya lama sekali."Telponnya protes keras, karena Angelic-lah penyebar berita pertama klinik kecantikan di lorong-lorong itu.

"Sabar, mbak Anya. Minta maaf sebelumnya.Yang tidak puas, bisa dioperasi ulang, kok. Memang agak lama, kalau mau cepat ya pergi saja ke dokter bedah plastik asli."Dia pun sepertinya cuci tangan dan merasa masalah selesai dengan kata maaf. Tugasnya hanya sebatas menyebarkan berita klinik. Keputusan akhir ya tetap di si pelanggan.

"Mbak Harum Abis, kalau aku melapor ke polisi, bagaimana? Ini,bukankah termasuk malpraktek?"Tanya Anya via "WA".

"Aduh, Nya. Itu kliniknya bukan punya dokter. Jadi tidak dapat dituntut malpraktek. Lagian dengan uang 90 ribu kamu mau langsung cantik, apa bisa?" Jawaban cuci tangan kedua sang teman yang tidak mau ikut-ikutan kesusahan.

Kehabisan akal, Anya mendatangi Klinik "Petantang-petenteng" menemui pimpinannya tuan Terapikitiuw, mengancam melaporkan dirinya dianiaya di tempat itu, dua hari tidak makan-minum, tidak buang air kecil atau besar dan tidak boleh bergerak-gerak serta mukanya dicolok-colok sampai berubah bentuk.

"Silahkan mbak Anya, klinik ini sudah 11 tahun mengajukan ijin praktik kecantikan, tetapi tidak dapat-dapat, tetapi katanya sih, asal surat pengajuannya setiap tahun diperbaharui, klinik tetap jalan. Kalau ada pemeriksaan bilang saja ijinnya dalam proses. Kedua,kalau ada tuduhan penganiayaan, anda kalah saksi. Pegawai saya pasti akan membela saya. Lagipula yang nantinya disita hanya kantong plastik keresek yang dipakai untuk "permak" muka mbak, sebagai rekonstruksi sidik muka sebelum dan sesudah operasi. Biasanya kami selalu gagal dituntut karena muka sesudah operasi jauh lebih baik daripada sebelum operasi."Ini jawaban cuci tangan, cuci muka, cuci kaki dan entah cuci apalagi.

Anya Sampulkaset-pun pulang dengan sedih. Inilah akibatnya mempercayai suatu berita tanpa "cross check" kebenarannya dahulu. Informasi ditelan dan terlarut di dalamnya, ikut melaksanakannya pula dan setelah menemui hasil yang sangat tidak diinginkan, para penyebar berita pertama, kedua dan tokoh kuncinya cuci tangan semua.

Anya nelangsa. Akankah kisah ini menjadi sepahit drama buruk muka, cermin dibelah?

Dari FB Kompal
Dari FB Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun