Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen| Setelah Operasi Plastik Gagal, Mereka Cuci Tangan Massal

4 Oktober 2018   22:50 Diperbarui: 4 Oktober 2018   22:56 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sesuai permintaan mbak Anya di resepsionis kami, yaitu: mbak Anya ingin senyuman malu-malu kucing dan kedipan mata gadis Jepang di pagi hari. Itulah hasilnya." Sang operator menunjukkan bukti tulisan tangan Anya sebelum naik ke tempat tidur "operasi".

"Wah, kalau jadinya aneh begini, saya minta diulang operasi ke muka saya yang dahulu lagi,pak."Anya kali ini setengah memekik marah dan memohon.

"Maaf, mbak. Tunggu lima bulan lagi, jadwal kami untuk memperbaiki ketidakpuasan pasien sudah penuh. Harganyapun jadi dua kali lipatnya, karena harus bongkar pasang lagi." Penjelasan tuan Terapikitiuw sesabar-sabarnya, sepertinya dia sudah terbiasa dengan ketidakpuasan  pelanggan.


Cuci tangan (dok.pri)
Cuci tangan (dok.pri)
Anya dan muka anehnya keluar dari klinik kecantikan lorong itu dengan tatapan melongo orang-orang dari parkiran, ojek, "LRT", becak, sampai ke rumahnya. Bahkan ada yang tersenyum geli.

"Mbak Angelic, mukaku jadi aneh. Bagaimana ini? Mau dibalikin awal nunggunya lama sekali."Telponnya protes keras, karena Angelic-lah penyebar berita pertama klinik kecantikan di lorong-lorong itu.

"Sabar, mbak Anya. Minta maaf sebelumnya.Yang tidak puas, bisa dioperasi ulang, kok. Memang agak lama, kalau mau cepat ya pergi saja ke dokter bedah plastik asli."Dia pun sepertinya cuci tangan dan merasa masalah selesai dengan kata maaf. Tugasnya hanya sebatas menyebarkan berita klinik. Keputusan akhir ya tetap di si pelanggan.

"Mbak Harum Abis, kalau aku melapor ke polisi, bagaimana? Ini,bukankah termasuk malpraktek?"Tanya Anya via "WA".

"Aduh, Nya. Itu kliniknya bukan punya dokter. Jadi tidak dapat dituntut malpraktek. Lagian dengan uang 90 ribu kamu mau langsung cantik, apa bisa?" Jawaban cuci tangan kedua sang teman yang tidak mau ikut-ikutan kesusahan.

Kehabisan akal, Anya mendatangi Klinik "Petantang-petenteng" menemui pimpinannya tuan Terapikitiuw, mengancam melaporkan dirinya dianiaya di tempat itu, dua hari tidak makan-minum, tidak buang air kecil atau besar dan tidak boleh bergerak-gerak serta mukanya dicolok-colok sampai berubah bentuk.

"Silahkan mbak Anya, klinik ini sudah 11 tahun mengajukan ijin praktik kecantikan, tetapi tidak dapat-dapat, tetapi katanya sih, asal surat pengajuannya setiap tahun diperbaharui, klinik tetap jalan. Kalau ada pemeriksaan bilang saja ijinnya dalam proses. Kedua,kalau ada tuduhan penganiayaan, anda kalah saksi. Pegawai saya pasti akan membela saya. Lagipula yang nantinya disita hanya kantong plastik keresek yang dipakai untuk "permak" muka mbak, sebagai rekonstruksi sidik muka sebelum dan sesudah operasi. Biasanya kami selalu gagal dituntut karena muka sesudah operasi jauh lebih baik daripada sebelum operasi."Ini jawaban cuci tangan, cuci muka, cuci kaki dan entah cuci apalagi.

Anya Sampulkaset-pun pulang dengan sedih. Inilah akibatnya mempercayai suatu berita tanpa "cross check" kebenarannya dahulu. Informasi ditelan dan terlarut di dalamnya, ikut melaksanakannya pula dan setelah menemui hasil yang sangat tidak diinginkan, para penyebar berita pertama, kedua dan tokoh kuncinya cuci tangan semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun