"Iya,ya. Beberapa penerbangan mulai ditunda karena jarak pandang kurang 900 meter. Berarti lahan gambut mulai banyak terbakar,ya."Tanggapan saya atas keluhan pasien yang dirawat karena asmanya kambuh dan sudah mengarah ke penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Penyakit asma akut berbeda dengan PPOK kalau diperiksa dengan alat yang namanya spirometri. Pasien disuruh tarik napas dalam lalu meniupkan hasil tarik napasnya itu ke pipa yang disambung ke alat ukur  yang menghitung beberapa volume penting napas, antara lain volume napas paksa satu detik pertama (FEV1) dan kapasitas vital kedua paru. FEV1 pasien asma biasanya normal diatas 80 % saat tidak ada serangan, tetapi dibawah normal saat ada zat alegi (asap, debu, makanan tertentu, sengatan serangga, bulu kucing,dan lainnya).
Pada PPOK, volume napas paksa 1 detik pertama selalu dibawah 70%, tidak pernah normal.
"Melihat warna kabut putih pagi hari dan bau arang saja, saya sudah stress duluan,dok, seolah ada tangan putih yang mau menyekik leher saya. Â Ketakutan juga katanya memicu serangan asma ya, dok?"Tanya si pasien penasaran.
"Iya, makanya ibu banyak berdoa, kalau ketakutan duluan, kambuhnya pasti lebih parah, karena otak ibu mengeluarkan zat-zat yang memicu radang saluran napas." Jawab saya.
Teori terbarunya, penelitian dr.Muhammad Ali Apriansyah, ahli penyakit dalam,konsultan psikosomatik di Palembang, ada peningkaran TNF alfa (Tumor Necroting Factor), protein yang meningkatkan imflamasi/radang pada pasien asma yang mengalami depresi.
Jadi, pasien asma sangat rentan mengalami depresi, sebaliknya pasien asma yang depresi sangat sering mengalami serangan asma.
Protein yang memicu inflamasi seperti TNF alfa dan IL-6 (interleukin-6) timbul jika ada pemicu seperti kabut asap yang oleh pasien wanita usia 50 tahunan itu diinterpretasikan seperti tangan yang mau mencekik.
"Saya kasih obat penenang,ya. Supaya ibu sesaknya hilang."Kata saya dan si ibu setuju.
Maka tiga hari setelah perawatan suara mengi di paru ibu itu cepat menghilang dan boleh pulang.
Ketakutan, cemas dan merasa tidak ada harapan sembuh lagi takala ada setangan asma yang dipicu hal-hal tertentu jangan dianggap remeh. Biarkan si pasien menjelaskan perasaannya terhadap sakit ini, nilai apakah sudah ada gangguan kejiwaan yang ringan sampai berat.
Kalau ada yang ringan, sedang, boleh diatasi ahli penyakit dalam atau dokter umum, tetapi kalau sudah ada psikotik dimana ada halusinasi, waham dan mulai gaduh atau gerakan aneh-aneh, maka harus dibawa ke dokter jiwa (psikiater).
Obat standar asma tetap bronkodilator, aminofilin dan turunannya serta steroid yang sebaiknya diganti inhaler jangka panjang. Obat jiwanya boleh golongan benzodiazepim maupun setralin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H