Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Delapan Kompasianer Palembang Tidak Dapat Tiket Asian Games

26 Agustus 2018   00:01 Diperbarui: 26 Agustus 2018   01:07 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antri bayar (dok. FB Kartika Kompal)

"Ketemu dimana?"Tanya saya di "WA grup Kompal".

"Tunggu di gerbang Stadion Gelora Jakabaring,dok. Cari tiket..."Kata bu guru Etha yang bela-belain ke Palembang untuk sama-sama menyemarakkan Asian Games 2018 di Palembang, padahal dia dari Jakarta yang juga ada perlombaan Asian Gamesnya.

Selain saya dan Etha, ada Ko Deddy Huang, bu Kartika dan pak Agus, Febi dan Aisyah anaknya pak Dues, Danan serta bu Elly Suryani umeknya Kompal. Pada foto diatas, Maman yang bertopi di depan dapat karcis sepak bola wanita dari kantornya, sementara Yayan yang bertopi di belakang hanya menyusul saat di restoran dan Umek Elly sudah pulang duluan dengan suami tercinta.

Susah payah mencari parkir di depan kawasan Jaka Baring Sport City, karena mobil tidak boleh masuk, kita antri di loket karcis, ternyata untuk voli pantai, sepak takraw sudah ludes, sepak bola wanita yang tersisa tiket VIP (very important person) tarifnya lebih 100 ribu, tidak semua Kompasianer Palembang sanggup merogoh kantung sedalam itu. Yah.....

Penonton sepi (dok.pri)
Penonton sepi (dok.pri)
Padahal ketika mengintip dari pintu samping, ternyata penonton sepak bola wanita antara Jepang dan Korea yang dimenangkan Jepang 2-1, cukup sepi. Sayang,ya.

Lalu apa saja kerja kita di kawasan arena Asian Games ini yang sejak 2 hari lalu bebas uang masuk, sebelumnya harus bayar 20 ribu? Ternyata banyak.

Pertama, penonton band hiburan rakyat di area sebelah gedung sepak takraw, disini ada band yang menghibur pengunjung yang tidak kebagian karcis atau atlit asing yang lelah bertanding dengan lagu yang memancing penonton berdansa bersama seperti "Maumere", "Poco-poco" dan lagu "Rock n Roll".Tidak hanya penduduk lokal, wisatawan asing pun turut bergoyang.

Festival musik (dok.pri.)
Festival musik (dok.pri.)

Kedua, berfoto di tempat yang "instagramable" Seperti di patung-patung maskot, dinding yang "ngejreng" atau malah "toilet mobile". Ada 2 "traveller blogger" di rombongan kami yang selalu menobatkan sebuah tempat sangat layak dinobatkan sebagai "selfie spot" atau tidak. Dan kalau sudah ditetapkan, maka disana minimal 10 menit kita harus foto-foto dengan pose ternarsis yang sanggup kita lakukan.

Katanya instagramable (dok.pri.)
Katanya instagramable (dok.pri.)
Dokpri
Dokpri

Ketiga, berkeliling kompleks olahraga Jakabaring dan melihat dari jauh rumah lapis...Eh, rumah susun atlit dengan bendera-bendera negaranya, cukup bersih dan rapih jemurannya, tidak sembarangan semua barang dipertontonkan di balkon.


Keempat, apalagi kalau tidak belanja oleh-oleh Asian Games. Di depan Stadion sepak bola ada bangunan pusat belanja oleh-oleh yang disiapkan panitia, cukup rapi dan banyak macamnya, seperti baju, kaca mata, gantungan kunci sampai bantal leher. Agak mahal, tetapi hitung-hitung sebagai sumbangsih kita dalam mendanai perlehatan olahraga internasional yang mungkin hanya terjadi 30-40 tahun lagi disini.


Antri bayar (dok. FB Kartika Kompal)
Antri bayar (dok. FB Kartika Kompal)
Sayangnya di pusat pembelian "merchandise" resmi Asian Games ini hanya menerima transaksi non-tunai, kasihan juga atlet Vietnam di depan saya di foto diatas, sudah lama-lama mengantri belanja tidak bisa membayar oleh-olehnya.

Kelima, memperhatikan pola membuang sampah orang-orang pengunjung arena Asian Games ini, apakah sudah patut diacungi jempol atau masih dikasih kelingking. Ternyata masih saja ada yang membuat sampah di selokan, di sudut-sudut bangunan, walaupun ada tempat sampah di sekitarnya. Kompasianer Palembang terlihat semua membuang sampah pada tempatnya, tetapi sampai mengumpuli sampah orang dan memasukkannya ke tempat sampah atau memarahi orang yang buang sampah sembarangan, kami belum tega.

Sampah di depan kotak sampah (dok.pri.)
Sampah di depan kotak sampah (dok.pri.)
Akhirnya, petualangan kami berakhir pukul 1800 di Jakabaring, saat mau ke parkiran, saat menyeberang dibantu dengan sigap oleh seorang polisi muda, ganteng lagi. Selanjutnya Kompalers meluncur ke salah satu restoran khas Palembang di jalan Angkatan 45 untuk bersantap malam dan karaoke bersama sampai pukul 21.00


Jadi, walaupun tidak ikut menyaksikan pertandingan karena karcis "online" dan "go show" habis, tetaplah asik berkunjung ke area Asian Games 2018 Jakabaring, Palembang. Bagaimana yang di Jakarta?

dari FB Kompal
dari FB Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun