"Masuk dahulu, Pak. Dokter mau memeriksa."Kata perawat pendamping kunjungan ("visite") Kemarin. Â
Pasien berusia 50 tahunan itu menderita penyakit jantung koroner hari keempat perawatan dan boleh mobilisasi ringan lalu dia memilih duduk di balkon ruangan perawatan rumah sakit, karena setiap setengah jam ada "LRT" ("light rail transit") lewat.Â
"Hebat, ya, Â dok. Palembang sudah ada LRT. Â Jadi kepingin naik juga, Â dok." Katanya, Â rumahnya kebetulan di kabupaten pinggiran kota Palembang yang menurut pengakuannya kurang tempat hiburan. Jadi "mainan" baru seperti LRT ini menjadi "sesuatu" banget.Â
"Kalau bapak sudah segar dan sumbatan jantungnya sudah teratasi, Â boleh naik LRT dan bukan sekedar menonton saja di rumah sakit ini. Â Lumayan dari bandara ke Jakabaring Sport Center banyak pemandangan, Â serasa terbang, pak."Kata saya.Â
Si bapak yang waktu masuk nyeri dada kirinya sangat menusuk seperti diinjak, Â enzim jantungnya meningkat dan rekam jantungnya ada tanda iskemia luas pun tertolong setelah diberi heparin molekul rendah di sekitar pusat atau udelnya, obat nitrat pelebar pembuluh darah koroner, Â obat anti kolesterol dan pengencer darah aspirin. Lalu keluhannya hampir menghilang dan berjanji berhenti merokok dan mengurangi makanan tidak sehat yang ada banyak minyak, Â santan, Â gorengan, Â pengawet dan asin-asin.Â
"Ongkosnya LRT berapa, dok?" Â Tanya anak si bapak.Â
"Kalau dari bandara ke Jakabaring ujung ke ujung 10 ribu, Â kalau dari stasiun yang dekat-dekatan katanya 5 ribu. Â Boleh pakai uang tunai atau pakai kartu uang non tunai." Sambil memperlihatkan kartu Brizzi yang disuruh Mang Dues beli di Kompasianival tahun lalu.
"Kalau gambaran rekam jantungnya sudah membaik, Â gejalanya sudah hilang dan suara jantungnya tidak ada bising yang aneh, Â mudah-mudahan besok dapat pulang. Â Tetapi naik LRT-nya sesudah 2 minggu stabil saja. Â Takut nanti masih belum stabil dan ada serangan kedua, Â di LRT belum ada dokternya." Jawab saya.Â
Nah, Â begitulah seninya merawat pasien, Â kalau memang ada sesuatu yang membuatnya bersemangat cepat sembuh, Â maka energi positif dari yang diinginkannya itu dapat kita angkat untuk mempercepat pemiluhan.
Sebaliknya kalau ada hal-hal negatif yang dapat menghalangi penyembuhan, misalnya orang yang dibenci, Â benda-benda yang tidak disukai, acara televisi yang membuat sebal, Â maka jauhkanlah itu demi kenyamanan dan perbaikan klinisnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H