"Maaf, Dok. Valsartan ditarik dari peredaran. Sebaiknya jangan dipakai dahulu," kata apoteker rumah sakit.
Kebetulan memang obat ini yang generiknya pun harganya per butirnya lumayan mahal dan kalau diberikan ke pasien BPJS Kesehatan harus memiliki syarat bukti adanya gangguan fungsi ginjal yang relatif parah, sehingga diperlukan jenis ini.
"Oh, tidak apa-apa, saya ganti dahulu dengan jenis lainnya. Alasannya kenapa, ya?" tanya saya penasaran.
"Kabarnya ada komponen aktifnya tercampur zat yang memicu kanker, dok," jawabnya.
Valsartan adalah sejenis obat penurun tekanan darah golongan "angiotensi II receptor blocker" (ARB) yang bekerja membuat pembuluh darah lentur dan tidak kaku, dengan demikian tekanan darah relatif dapat menurun karena hentakan aliran darah dari jantung yang kuat dapat melewati pembuluh darah yang elastis dan tidak sempit.
Badan pengawas obat Eropa dan Amerika memeriksa obat ini secara berkala dan menemukan bahwa zat aktif yang diproduksi oleh perusahaan Zhejiang Huahai Pharmaceuticals di Linhai, China mengandung N-Nitrosodimethylamine (NDMA), bahan kimia organik yang sangat berpotensi memicu kanker.
Walaupun berpotensi membuat kanker, namun semua pasien jangan langsung menghentikan obat ini mendadak tanpa penggantinya yang sepadan menurut dokter masing-masing karena dapat saja terkena komplikasi "stroke" atau serangan jantung mendadak kalau tidak makan obat. Segeralah menemui dokter untuk pengalihan ke jenis obat lain.
Ini membuktikan pengawasan obat jangka panjang tetap dilakukan secara teratur di setiap negara dan kalau ada temuan-temuan efek samping yang berbahaya bukan tidak mungkin obat-obat jenis tertentu ditarik dan dilarang edar. Apalagi obat yang harus dimakan setiap hari dan seumur hidup, maka kemungkinan mendapat kanker sangat besar.
Adakah Kompasianer yang rutin minum obat ini? Segeralah ke dokter anda dan gantilah dengan obat hipertensi dan jantung yang sama cocoknya dengan valsartan untuk mencegah efek samping jangka panjang maupun komplikasi jangka pendek. Tetaplah tenang, karena kanker tidak tumbuh secepat kereta yang akan lewat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H