"Lukas jadi lebih besar dari Matius, papa..." kata anak bungsuku kegirangan melihat hasil potretan dari sudut yang sudah ditentukan ke arah mereka berdua, si kecil berdiri di sisi kiri kamera dengan posisi agak menjorok ke depan dan Abangnya berdiri di sisi kanan kamera dengan posisi menjorok ke belakang dindingnya. namun lukisan di tengah dan gambar lantai yang hitam putih diatur sedemikian rupa supaya terlihat sama besar dari sudut yang ditangkap kamera dari kanan ke kiri.
Alhasil Lukas Siahaan yang usianya 7 tahun 1 bulan dengan berat 32 kilogram dan tinggi 142 cm terlihat lebih besar dari Matius Siahaan 13 tahun 7 bulan yang tingginya 176 cm dan beratnya 86 kilogram. Semua semata-mata karena efek lukisan 3 dimensi yang diatur presisi dari sudut pengambilan kamera tertentu dan pengaturan dinding yang disesuaikan.
Bagi yang pernah melihat Lukas dan Matius dengan perbandingan ukurannya yang sebenarnya pasti bengong melihat gambar ini dan bagi yang tidak kenal dan tidak peduli,itu tidak berarti apa-apa, hanya gambar dua anak-anak di dua sudut yang berbeda.
Banyak lagi gambar unik yang memiliki efek foto tiga dimensi di "3 D Trick Museum Penang", yang membuat kesan seolah-olah seseorang berada benar-benar nyata di sebuah kondisi yang unik mengingatkan kita pada tata cara pembentukan opini dari sebuah foto, kisah, kejadian atau data-data tertentu yang dipandang dari sudut yang spesial menurut si penulisnya.
Nalar dan logika kita sempat teraduk-aduk pada sebuah "potretan" yang diulas si penulis untuk mendapatkan kesan heboh atau istimewa bahkan boleh jadi menakutkan, padahal sebenarnya sesuatu yang biasa bagi orang yang tidak berminat topik itu.
1. Niatnya, potret yang diambil niatnya adalah buat kehebohan dan keunikan. Kalau hanya bikin pas foto untuk melamar pekerjaan tidak usah repot-repot berfoto beginian, capek.
2. Persiapan atau "settingan", gambar-gambar di museum ini dipersiapkan rinci untuk membuat efek dramatis, maka membuat opinipun harus diatur dan dipilih "moment-moment" yang dipersiapkan tepat dan sesuai keinginan si penulis opini.
3. Sudut pengambilan foto yang tepat, sesuai dengan sudut pandang penulis opini. Saya pastikan kalau sudutnya salah, maka efek dramatisir gambar yang dihasilkan dapat "garing", namun kalau sudutnya sesuai, maka akan memberikan efek yang sangat istimewa. penulis opinipun harus mengolah data dan peristiwa yang ingin dia bahas dengan sudut pandang yang terkondisikan, misalnya dari sudut seorang rakyat, dari seorang "korban" sebuah kebijakan atau sudut pandang seorang ahli atau orang yang sudah berpengalaman.
Demikianlah laporan foto hasil jalan-jalan saya di Penang bersama keluarga yang dihubung-hubungkan dengan sudut pandang para penulis opini. Boleh setuju dan boleh tidak, karena ini sudut pandang opini saya dan juga foto-foto saya, kebetulan ada ide "cocokologi" keduanya, kalau kurang berkenan, mohon maaf lahir dan bathin.