"Dok, kepala istri saya masih pusing dan perutnya mual-mual." Keluh sang Suami dari ibu usia 40 tahunan yang dirawat dengan darah tinggi, gagal jantung dan kencing manis.
"Memang darahnya masih 160/100 mmHg, Pak. Baru dirawat 2 hari, menurunkan tekanan darah harus pelan-pelan, Pak. Karena ibu sudah terbiasa tekanan darahnya diatas 200, kalau mendadak turun menjadi 100 akan pingsan...."Penjelasan Saya.
"Iya, ini istri Saya memang gemuk sekali, makannya tidak mau diatur, sudah sering sakit-sakitan,tahun lalu saja 2 kali dirawat..."Keluhnya.
Lalu seperti biasa selesai semua pasien yang rawat inap di"visite", Saya menuliskan di status Pasien apa yang harus dilakukan hari itu untuk membuat kondisinya pulih. Obat darah tingginya ditambah satu, obat kencing manisnya disesuaikan dosis, karena masih gulanya diatas 200 dan obat pelancar kencingnya ditambahi dosisnya karena masih ada "banjir" di paru-paru si Ibu akibat banyaknya cairan merembes ke alveoli paru-paru.
Tiba-tiba dari bagian informasi rumah sakit diumumkan bahwa hari ini 21 Maret 2017 diadakan kegiatan donor darah rutin pertiga bulan di Rumah Sakit Myria dan diundang semua karyawan, keluarga Pasien untuk ikut menyumbang darah ke PMI (Palang Merah Indonesia) antara pukul 08.00-12.00.
"Iya, istri saya itu terlalu banyak makan, terlalu tinggi darahnya, donorkan saja darah istri saya dua liter, Dok. Biar dia cepat sembuh dan darahnya turun."Usul si Bapak tiba-tiba datang ke pos perawat, mendengar ada kegiatan donor darah.
"Wah, tidak boleh, Pak. Donor darah itu hanya untuk orang yang sehat. Kalau ada sakit jantung seperti ini, harus diperbaiki dahulu sampai jantungnya stabil." Jawab Saya.
Selain itu ada beberapa ketentuan, antara lain:
1. Tidak boleh ada penyakit kuman yang ada di darah, misalnya hepatitis, HIV dan malaria.Â
2. Tidak boleh tekanan darah tinggi.Â
3. Bagi wanita tidak hamil atau menstruasi.Â
4. Hemoglobin harus diatas 12 g/dL.
5. Cukup tidur malam sebelumnya.
6. Sudah makan pagi.
Kasus ini cukup lucu, sampai perawat di ruangan ada yang terbungkuk-bungkuk tertawa saat mendengar si suami menganggap donor darah itu mirip dengan membuang air seni atau buang air besar saja, jadi semakin banyak yang dibuang maka semakin bagus. Dia tampak sudah capek mengurusi istrinya yang sakit-sakitan dan mengusulkan si sakit diambil darahnya dua liter.
Makanya, Pasien yang satu ini kalau sudah stabil dan pulang harus benar-benar diminta kontrol yang teratur dan memperbaiki diet, olah raga ringan, serta menurunkan berat badannya, supaya tidak dirawat lagi dalam waktu dekat dan tidak perlu si suami berpikir harus "membuang darah" istrinya dua liter untuk memperbaiki kesehatannya.