Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dilema Jokowi Jika Pilpres 2019 Harus Dua Putaran

19 Maret 2018   22:58 Diperbarui: 19 Maret 2018   23:06 1761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi sudah pasti maju sebagai capres oleh PDIP dan beberapa partai koalisinya di tahun 2019 nanti tinggal menggodok siapa nama wapresnya, apakah salah satu ketua umum partai pendukung atau tokoh lain diluar ketua umum-ketua umum partai tersebut biar tidak ada kecemburuan antar partai koalisi.

Pesta demokrasi PILPRES 2019 akan mirip "el classico" Barcelona lawan Real Madrid, kalau kembali yang dihadapi Jokowi hanya Prabowo dan wapresnya, kampanye akan relatif sama, menggunakan serangan darat, serangan udara, "tackling" keras, "diving", tendangan bebas pisang, operan dan tarian "tiki-taka", "counter attack" yang relatif sama. 

Hasilnya pun mungkin sama, selisih 2-5 juta suara dengan dugaan kecurangan massif disana sini dan terpaksa dibawa ke Mahkamah Konstitusi dengan pembacaan vonis yang harus mengerahkan water canon, polisi brimob, tank dan sebagainya.

Kondisi akan sangat-sangat berbeda kalau terbentuk calon alternatif ketiga atau malah keempat, maka hampir pasti akan ada putaran kedua karena suara pasti akan terpecah. Sulit menang diatas 50% suara syah dengan persentase masing-masing propinsi ada ketentuannya lagi, minimal sekian propinsi menang minimal sekian persen. 

Permasalahan terletak dari "PROSES INTERAKSI SEMASA KAMPANYE" antara relawan/tim sukses Jokowi dengan para lawan-lawan mereka, apakah di putaran pertama berjalan simpatik atau "nyelekit". Kalau tim kampanye Jokowi berhasil meraup simpati dari kampanye yang bersifat mengayomi, bersimpati, dialogis dan tidak mau menang sendiri, maka mungkin saja simpatisan calon ketiga, keempat dan kelima nantinya tidak sakit hati dan mau-mau saja memilih Jokowi kalau jagoannya kalah di putaran pertama tanpa rasa sakit.

Berbeda kalau di putaran pertama kampanye dipenuhi kampanye negatif ke calon lawan yang berlebihan dan menyerang timses lawan secara membabi-buta, ini dapat menjadi bumerang di putaran kedua, dimana semua calon yang kalah bersatu-padu bertekad mengalahkan Jokowi, alhasil yang 50% plus satu lebihlah yang menang dan yang kurang dari 50% akan kalah.

Inti dari tulisan ini mutar-mutar tujuh keliling sebenarnya ya itu tadi, meminta berhentilah kampanye menjatuhkan calon lawan ataupun tim suksesnya, baik relawan Jokowi, relawan Prabowo ataupun relawan Calon poros ketiga, karena mungkin saja di putaran kedua anda akan mengemis-ngemis minta dukungan mereka dan memohon jangan sampai dukungannya dialihkan ke lawan yang menjadi nomor urut dua.

Setuju?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun