"Ko, jangan dikasih coklatnya lagi, Irvan makani juga bungkus kertasnya...."Teriak kecil mbak Siti Palembang, anggota Kompasianer Palembang yang rajin ikut aktifitas membawa anaknya yang bulan Maret nanti baru 2 tahun.
"Wah, sudah dibukain, tadi bungkusnya, kenapa masih dikunyah, ya?" Tuan rumah Imlek hari ini ko Deddy Huang pun setengah kaget, setengah tertawa melihat kelakuan anak imut itu.
Umur dibawah 3 tahun memang kecenderungannya anak-anak makan apa saja yang disentuh dan bentuknya menarik.Â
![coklat (dokumentasi pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/02/16/imlek-coklat-5a86f7ebf13344762f6b6f22.jpg?t=o&v=770)
Sebenarnya, kertas yang dibuat dari bubur kayu dan dicampur dengan beberapa zat perekat, dapat dicerna oleh asam lambung manusia tergantung komposisi si kertas dan tergantung keasaman HCl (hidroclorida) di perut si anak.
Tetapi kalau dibiarkan makan kertas, dapat saja menjadi semacam kegemaran yang namanya  pica, suka makan sesuatu yang bukan makanan karena sensasi menyenangkannya. Lama kelamaan lambung juga pasti "uring-uringan" dikasih barang yang bukan "jatah" dia untuk melumatnya.
Maka sebaiknya memang setiap makanan berbungkus dibukakan oleh orang yang lebih dewasa, diperhatikan saat dia mengunyah, atau potong lagi kecil-kecil kalau ukuran makanan dapat saja menutupi kerongkongan kalau ditelan langsung semua dan menutupi saluran napas. Bungkusnya, dilipat dan dibuang ke kotak sampah.
Semoga bermanfaat bagi yang punya "batita".
![dari FB Kompal](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/02/16/kompal-5a86f93ebde5753d254f0bc2.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI