Tiga puluh detik pertama, Mollya tidak bernapas, tidak ada nadi, namun guru Calvin langsung memberi pernapasan buatan "cardio-pulmonary resucitation" selama 3 siklus, dan akhirnya si gadis mungil terbatuk-batuk memuntahkan air dan selamat.
Mollya dirawat 2 hari di rumah sakit dan saat mau pulang, guru Calvin dengan senyum simpatiknya datang membesuk dengan membawa sebungkus bunga mawar warna merah, "Wah, murid kesayanganku sudah sehat...."Katanya.
Tanpa basa-basi dan penuh haru, si murid langsung memeluk gurunya dan kemudian mencium bibirnya dengan lembut awalnya dan selanjutnya sedikit gemas.
"Maaf, Pak. Saya sayang sekali sama Bapak...."Ucap Mollya.
"Sama Mollya. Saya juga sayang semua Murid saya. Tapi jangan sering-sering cium laki-laki yang kamu kagumi seperti ini, ya. Bahaya....."Kata si guru simpatik. Mollya tertunduk malu, tetapi sangat bahagia, keinginannya mencium bibir lembut itu akhirnya kesampaian.
"Dan itu terjadinya bukan di hari Valentine?"Dolan geleng-geleng kepala.
"Bukan, itu tanggal 28 Oktober, hari sumpah pemuda...Kalau tidak ketemu dia hari itu, mungkin aku akan mencium pak Calvin di 10 November...Hari pahlawan, karena dia pahlawanku...."Mata si gadis menatap berbinar ke langit.
Dolan tersenyum kecut. Bagaimana tidak, dia ada disitu saat kejadian dan dia menaksir Mollya sejak awal masuk SMA, tetapi dia takut menolongnya saat tenggelam dan yang sedih, si gadis bukan dicium, malah mencium si Pahlawan di 28 Oktober, bukan di 10 November apalagi di 14 Pebruari.
"Ya.....Dia pantas menerimanya...Aku tidak tersinggung dan marah.....Kamu memang layak diselamatkan dan guru Calvin berhak jadi pahlawanmu...." Si lelaki pun pamit, katanya mau merenung, mau berunding dengan hatinya sendiri, apakah si gadis ini yang terbaik untuknya...Atau lebih tepatnya, apakah memang dia lelaki yang paling berarti di hati Mollya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H