"Wah, tiket pertunjukan Celine Dion tanggal 7 Juli 2018 di Sentul Internasional Convention Center yang tersisa tinggal yang harga 6 jutaan sampai 20 jutaan, itupun kursinya tinggal sedikit-sedikit."Kata Temanku Kompasianer yang sangat menggemari penyanyi berusia 49 tahun kelahiran Kanada itu.
Di Indonesia namanya mulai "booming" setelah lagunya di film TITANIC berjudul "My Heart Will Go On" di tahun 1997 yang menjadi pemuncak tangga lagu di banyak negara seluruh dunia.
Lengkapnya kurang lebih karcis yang tersisa di pementasan 5 bulan lagi itu adalah di gambar bawah ini:
Saya sangat menikmati pementasan 2 jam itu karena memang lebih suka lagu Indonesia daripada lagu berbahasa Inggris apalagi India, maka agak merasa remuk redam hati ini melihat "jemplangnya" harga tiket Mbak Celine dibandingkan harga tiket Kang Fariz.
Untuk musikalisasi, maka gaya akustik yang dipakai di pertunjukan Fariz RM jauh lebih bermutu daripada musik pop biasa yang diperdengarkan oleh musisi pengiring bule sekalipun, karena mereka pasti tidak mempersiapkan musik yang lebih menonjol daripada penyanyinya.
Soal kualitas suara yang indah? Jangan mau kalah, Ruth Sahanaya saya kira kualitas suara dan "power" suaranya tidak jauh-jauh amat dengan Mbak Celine seperti dibawah ini.
Pertanyaan di judul atas kembali mengiang dan tersimpulkan bahwa memang untuk dibayar mahal, seseorang harus terlebih dahulu dikenal dunia dan memang pasar dunia saat ini dipegang Amerika Serikat. Tidak heran Agnes Mo mati-matian berjibaku disana merintis karir, walaupun di Indonesia sudah "superstar", tetapi belum diakui versi "dunia".
Mungkin dengan bernyanyi di film yang mendunia seperti Celine Dion di TITANIC adalah upaya kedua yang dapat ditempuh, namun dengan adanya fenomena "youtuber" dimana istilah "Om...Telolet..Om...." dapat segera viral ke belahan dunia lain, mungkin dapat menjadi alternatif untuk menaikkan pamor versi "mata", karena versi "telinga" yang biasa didengar di radio-radio atau CD, lebih terbatas jangkauannya.