Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerpen) Bem, Salah, Bem...

11 Februari 2018   21:34 Diperbarui: 11 Februari 2018   23:52 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukan dengan Bem (dok.pri)

"Oh...Salah, memangnya yang saya harus ancam dengan keris ini siapa?" Tanya Bemoaji, temanku SMA yang siang itu bawa keris ke sekolah. Dia mendengar akan ada anak sekolah lain menyerang sekolah kami hari ini di kantin bakso depan.  Biasanya mau "malakin" teman-teman nonpribumi yang sungkan melawan,  tetapi kami yang melayu sering menolongi mereka dan sesekali terjadi perkelahian. 

Sialnya mereka suka bawa obeng,  "cutter", kunci inggris karena sekolah mereka sering praktek di bengkel,  sementara sekolah kami  SMA umum dan harus pakai tangan kosong atau senjata benaran,  jadi kesannya kalau tawuran,  kami yang bersenjata itu pembuat onar sementara mereka seakan hanya membela diri. 

"Itu intel, sengaja diundang sekolah untuk membuktikan aksi pemalakan anak-anak SMA ini oleh anak SMA lain sudah terorganisir dan terencana.."Kataku. 

Alasannya,  pelaku pemalakan orang-orangnya itu-itu juga dan selalu di awal bulan saat gajian. Diduga,  para pemalak ini para pecandu narkoba.

"Untung belum saya keluarkan kerisnya, ya.  Bisa-bisa saya diciduk duluan. " Bem menyimpan kerisnya erat-erat dalam tas ranselnya dan menyimpannya di "locker".

Tepat pukul 13.30, belasan preman putih abu-abu pun mulai merangsek ke kantin bakso, mendekati teman-teman yang makan. Dari 20 meja sudah 8 didekati oleh pelajar pemalak dan ketika mereka mulai mengeluarkan obeng dan "cutter" mengancam,  para intel mulai merangsek ke kantin dan mengeluarkan pistolnya, "Jangan bergerak... "

Ada yang langsung menyerah, takut pistol, tetapi 5 orang berlari, ada yang dikejar teman pakai motor, ada yang dikejar pakai mobil dan oleh Bem, satu orang yang paling besar dia kejar sendirian berlari, kali ini tidak bawa keris, tapi dia bawa pemukul bisbol dan satu bolanya. Bola itu dia lempar tepat kena belakang kepala si preman abu-abu dan saat dia berhenti kaget, Bem langsung memukulkan tongkat itu ke kepala si tersangka. "Brukkkk..."Langsung pingsan.

Kesemuanya langsung dibawa ke kantor polisi untuk pendalaman dan separuhnya urinenya positif narkoba, maka tidak bisa dilepas dan akhirnya memang kesemuanya dipenjara bervariasi,  enam bulan sampai 2 tahun. Sekolahnya? Dikeluarkan, apa boleh buat.

Bem menjadi terkenal karena keberaniannya di hari itu, tetapi tetap menjomblo di kelas 2 SMA, karena memang selalu salah naksir cewek. Dia suka cewek yang mukanya seperti Barbie, licin dan mulus, digigit nyamuk pun menangis kesakitan, padahal Bemoaji adalah aktif di olahraga, sepak bola, basket, bisbol, pencinta alam, yang selalu berkeringat tetapi selalu kelupaan memakai deodoran, bahkan kalau mandi pun suka lupa pakai sabun dan pakai handuk.

"Bem, salah, Bem... .Masak mau ngobrol dengan Mia bawa keris?" Tanyaku, saat dia mengaku mau ketemu Mia di kantin. Mia memang bukan pedandan bak barbie, tetapi kebetulan suka sekali dengan boneka barbie, kemana-mana bawa boneka itu dan selalu ganti-ganti baju bonekanya tiap hari. Ya, tidak dapat yang mukanya seperti barbie, minimal dengan wanita yang sangat tergila-gila dengan boneka tersohor di dunia itu.

"Mianya minta lihat. Katanya mau bikin barbienya keris-kerisan, biar eksotik..."Pengakuan yang aneh, kenapa boneka barbie mau dikasih keris?

"Asal benar begitu, Bem. Aneh saja pendekatan sama cewek bawa keris..." Aku tertawa terkekeh.

Ternyata benar, Mia jadi dekat dengan Bem karena keris antiknya, Mia ternyata suka juga barang-barang antik. Mereka pacaran, lalu kuliah bareng di universitas yang sama dan bekerja di tempat sama, setelah selesai kuliah di arkeologi, musium barang-barang antik ibu kota.

Akhirnya 5 tahun setelah masa-masa SMA, mereka menikah, saya diundang, ketika acara tukar cincin, Mia yang juga penari ballet mengangkat kaki kanannya tinggi sebahunya Bem, kaki mungil itu dipegang Bem dan cincin emas yang biasa disematkan ke jari manis tangan mau disematkan ke jari tengah kaki kanan Mia, "Bem, salah, Bem..." Teriak kami semua, teman-teman SMA-nya.

Bemoaji, Mia dan semua keluarga tersenyum, tetapi ternyata itulah prosesinya, unik. cincin disematkan di kaki Mia ke kaki Bemoaji juga.

Pernikahan yang unik. Acara resepsi dan dansa-dansi selesai pukul 21.00 malam, saat semua tamu permisi, tinggal kami teman SMA mempersilahkan Bemoaji dan Mia untuk "belajar" jadi suami istri, karena walau aneh dan unik, kabarnya pasangan ini belum pernah ciuman sampai tadi saat pemberkatan nikah.

"Ah, masak, sih?" Tanya yang satu.
"Bener,"swear"" kata yang lain.

Kamar pengantinpun dimasuki, kami suruh Bem menggendong Mia biar romantis, kami minta dia membiarkan handponenya tetap dalam posisi aktif pembicaraan denganku saat malam pertama, tanpa gambar, hanya suara tokh. Suara manja, cumbu rayu dan bisik-bisik mesra terdengar 10 menit senyap-senyap menggoda, sampai akhirnya terdengar Mia menjerit antara terkejut dan kesal.

"Bem.... Salah, Bem....."

Waduh....Salah apa pula ini, masalah keris lagikah?

Entahlah, tetapi suara handpone langsung dimatikan dan selanjutnya terserah mereka....

dari FB Kompal
dari FB Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun