Demikian pesan-pesan dokter Trisna Sekertaris Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan dalam Sambutannya di Serah Terima Dokter Internsip Indonesia untuk Rumah Sakit Myria Palembang, kemarin tanggal 8 Pebruari 2018. Ini penting disampaikan karena ada kalanya program pemagangan untuk dokter yang wajib dilakukan di seluruh dunia, berlangsung 12 bulan dimana 8 bulan dilakukan di rumah sakit dan 4 bulan dilakukan di Puskesmas yang ditunjuk, tidak selesai dipenuhi oleh pesertanya karena alasan kesehatan, alasan pelanggaran berat yang sanksinya dianulir dari program atau yang menyedihkan kalau sampai meregang nyawa karena sakit, kecelakaan atau sebab lain.
Ada 8 dokter pria dan 12 wanita yang sebagian besar berasal dari Palembang, yang memiliki 2 Fakultas Kedokteran, yaitu Universitas Sriwijaya dan Universitas Muhamadiyah Palembang, lainnya dari Medan, Aceh dan Jawa.
Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) adalah proses pemandirian dokter yang berguna untuk memantapkan apa yang didapatkan saat kuliah dan memperbaiki keterampilan berkomunikasi, melakukan pemeriksaan serta keputusan medisnya. Ini dilakukan bukan di rumah sakit pendidikan, tetapi di rumah sakit yang benar-benar menuntut kemampuan mandiri, karena dosen dan tenaga pengajar yang memantau mereka 24 jam tidak ada.
Untuk rumah sakit yang menjadi wahana PIDI ini tidak perlu khawatir, karena semua peserta ada surat ijin praktik dan surat tanda registrasi khusus PIDI, sehingga tetap mengikuti perundang-undangan.
Di rumah sakit, peserta PIDI bertugas di emergency  mendampingi dokter jaga yang sudah senior, juga di bangsal dan ruang intensif (ICU). Pada awal-awal penugasan, mereka harus melaporkan semua aktifitas medisnya pada pembimbing yang ditunjuk, tetapi kalau sudah 2 bulan dirasakan sudah ada yang bisa dilepas, maka mereka boleh melakukan pelayanan medis yang mandiri 100%.
Ikut sertanya rumah sakit kami menjadi wahana PIDI di satu sisi menunjukkan kelayakannya untuk dipakai sebagai tempat pemuktahiran ilmu dan jumlah pasiennya cukup banyak, selain itu menunjukkan kepedulian rumah sakit terhadap program Departemen Kesehatan. Di sisi lain, ada tenaga tambahan bagi rumah sakit untuk mengawasi pasien yang gawat takala dokter jaga seniornya sedang ramai pasien. Jadi, program ini sebenarnya saling menguntungkan buat rumah sakit dan si dokter magang.
Terutama Saya tekankan jangan main gawai kalau memeriksa pasien, "pamali"!
Nah, Â saat tahun depan mereka kembali ke Dinas Kesehatan, Â diharapkan jumlahnya tetap 20, kalau bertambah, Â berarti ada kejadian luar biasa, Â mungkin menikah dan hamil, Â tetapi alangkah melelahkannya harus magang dalam keadaan hamil. Â Maka sebaiknya menunda menikah dan kalau sudah menikah, menunda kehamilan. Tetapi kalau harus cuti melahirkan, memang waktu magangnya harus tetap diganti. Sesuai peraturan yang berlaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H