Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kondisi Jakarta Terkini dibandingkan Dongeng Rumah Sumpek

27 Januari 2018   13:35 Diperbarui: 27 Januari 2018   13:45 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pernah diceritakan sebuah kisah atau dongeng yang diceritakan seorang teman tentang "Rumah Sumpek". Konon ada seorang Bapak mendatangi Kepala Sukunya, mengeluhkan kondisi rumahnya yang selalu ribut, dengan istri yang sering mengomel dan anak-anaknya yang sudah 3 orang selalu mengeluh rumahnya sempit, sumpek dan pengap.

"Oh, belilah sepuluh ekor ayam...."Kata si Kepala Suku.

"Terus diapakan pak Kepala Suku?" Tanya si Bapak.

"Masukkan ke rumahmu dan pelihara disana lalu seminggu lagi laporkan hasilnya."Kata si panutan lagi.

Seminggu kemudian si Bapak datang dengan keluhan yang lebih besar, "Aduh, Pak Kepala Suku, rumahku tambah sumpek, tambah bau dan istriku serta anak-anak tambah ribut." 

"Kalau begitu, belilah lima kambing dan masukkan ke  rumahmu, pelihara seminggu dan laporkan lagi pada saya hasilnya..." Senyum si Kepala Suku penuh misteri.

Akhirnya seminggu kemudian, dengan lesu, pusing, mulai jenggotan karena tidak sempat cukuran, si Bapak bertanya ke si Bijaksana, mengapa rumahnya yang sumpek malah tambah bau dan sesak, dia tidak tahan lagi. 

"Pinjamlah tiga sapi Saya, masukkan ke rumahmu dua hari, hari ketiga datanglah kemari..."Kepala Suku malah tertawa-tawa dan si Bapak yang hampir putus asa ini mengambil sapi-sapi itu dan memasukkannya serta memeliharanya di rumahnya dua hari, lalu dia melapor.

"Bagaimana?" Tanya Kepala Suku yang bijak sana, panutan dan sangat pragmatis itu pada si Bapak yang sudah sangat kusut mukanya.

"Saya tahu pak Kepala Suku ada memelihara gajah, tetapi saya menyerah. Saya tidak mau ambil ke rumah saya. Terakhir, apa saran Bapak pada Saya untuk menyelamatkan rumah sumpek saya?"Tanyanya putus asa.

"Kembalikan ketiga sapi saya, kambing dan ayam yang kamu beli berikan kepada saya, saya ganti uangnya, untuk buat pesta di balai desa....."Katanya.

Lalu si Bapak mengeluarkan sapi, kambing, ayam dari rumahnya yang sumpek ke kandangnya kepala suku dan menerima uang pengganti hewan yang dia beli.

Seminggu kemudian Kepala Suku bertanya, "Bagaimana kabar keluargamu?"

"Tidak sumpek lagi, Pak. Jauh lebih baik sekarang daripada sebelum saya masukkan ayam-ayam itu."Katanya penuh rasa terima kasih.

Mungkin, sebuah kota seperti Jakarta dengan banyak ketidakpuasan, keluhan kemacetan, keluhan kurang ini-itu, harus diperlakukan seperti Kepala Suku di dongeng itu, dimasukkan 10 ayam, lalu 5 kambing dan terakhir 3 sapi dulu ke dalam "Rumah Sumpek" yang sudah "rempong".

Nanti, bila saatnya tiba, maka semua hewan tersebut dikeluarkan dari rumah itu dan semua isi rumah mulai si Bapak, Ibu dan ketiga anaknya baru memahami, bahwa rumah mereka jauh lebih indah sebelum dimasukkan ayam,kambing dan sapi.

Ini hanya ilustrasi, mungkin ada hubungan, mungkin tidak. Anda-andalah penghuni "rumah sumpek" itu dan andalah pula yang memilih Kepala Suku untuk mencari solusinya. Apakah anda akan mengikuti saran-sarannya?

dari FB Kompal
dari FB Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun