"Iya, sudah tiga tahun menikah, belum hamil, Dok. Pernah beberapa kali telat menstruasi, beberapa hari tetapi kemudian menstruasi lagi."Kata ibu muda usia 29 tahun akhir yang datang dengan keluhan berdebar-debar, sering keringatan, mudah gugup dan sering diare kalau makan sesuatu yang agak berbumbu pedas.
"Kita periksa hormon tiroidnya ya, bu. Karena klinisnya ke arah sana. Ibu kelenjar gondoknya membesar, ada tremor, jantungnya cepat lebih 100 kali per menit dan bising ususnya agak meningkat." Kata saya.
Setelah ditunggu 4 jam, didapat hormon tiroidnya lebih 24 satuan dan positif, jadi diberikan dahulu obat tiroid dosis tinggi, supaya cepat dicapai perbaikan klinis, baru bertahap dosis obatnya diturunkan per enam bulan sesuai penurunan kadar tiroksinnya (hormon tiroid t3,t4).
"Jadi tiroid inikah yang membuat saya tidak hamil-hamil, Dok?"Tanyanya penasaran.
"Oh, salah satu kemungkinannya, bu. Hormon ini baik untuk metabolisme tubuh, karbohidrat, lemak, protein dan membuat tubuh tetap hangat walau di udara dingin. Tetapi saat berlebihan, dia membakar semua zat gizi itu dan bahkan mungkin saja janin hasil pembuahan yang mau menempel di rahim menjadi 'terpanggang' oleh panas yang berlebihan hasil reaksi hormon ini. Kalau si janin dapat bertahan pun mungkin jadi kerdil, atau lahir prematur atau cacat. Makanya kalau ada hipertiroid, sebaiknya dikendalikan dahulu baru si pasien boleh hamil." Penjelasan saya.
"Iya, saya ingin hamil, Dok. Saya menurut saja pengobatan Dokter."Kata si ibu cantik tersenyum walau masih bergetar, bukan karena menatap mata saya, tetapi memang karena sakitnya.
"Ya, kalau sudah makan obat gondok ini sebulan, biasanya turun 'racun gondoknya', mudah-mudahan bisa hamil segera, bu. Berdoa jugalah, supaya dapat dikasih momongan..."Kata saya lagi memberi semangat.
Beberapa pasien hipertiroid yang terkontrol malah anaknya kembar, ada dua yang saya tahu kembarnya 3. Memang antara hormon tiroid dan kehamilan masih menjadi misteri, kehamilan dapat memicu berkembangnya hipertiroid, tetapi hipertiroid sebaliknya dapat mengganggu kehamilan. Maka itu bagi ibu-ibu atau calon ibu muda waspadalah terhadap kelainan ini, terutama yang ingin cepat dapat momongan setelah menikah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H