"Dok, ada dua anak gadis kembar di IGD (Instalasi Gawat Darurat) lemas...."Telepon dari dokter jaga.
"Mereka mencari saya?Kok bisa?"Tanya saya sedikit bercanda.
"Ah, dokter ini. Serius, mereka kena demam berdarah, demam hari ketiga, trombositnya rendah semua.Datanglah, dok..."Katanya lagi.
Saya yang kebetulan dokter spesialis penyakit dalam purnawaktu di rumah sakit kami, bertanggung jawab melihat dahulu kasus-kasus penyakit dalam yang gawat darurat di IGD, karena sedang 'on-site' (ada di tempat). Â
Ini penting, karena untuk kasus gawat darurat, sebaiknya dokter yang ada di rumah sakitlah yang melihat dahulu si pasien, serta mengatasi kegawatdaruratannya saat itu. Bila kondisi sudah stabil, maka boleh dialihkan ke dokter lain yang sudah 'langganan' si pasien.
"Tekanan darahnya dibawah 100 dan nadinya cepat serta lemah. Keduanya dikocor 3 botol cairan, setelah itu tetesannya 30 saja."Pesan saya kepada perawat IGD, karena tangan-tangan mereka sudah mulai dingin padahal tubuh bagian lain hangat. Trombositnya sekitar 30 ribuan yang satu dan saudara kembarnya 80-an ribu. Ini kasusnya sudah demam berdarah dengue dengan kecendrungan untuk syok. Makanya cairan infusnya saya kocor dahulu dan memang setelah kocoran botol ketiga habis, kedua remaja ini mulai buang air kecil, pertanda syoknya sudah menjauh.
Penyakit ini bervariasi dari tanpa gejala atau mirip flu saja, hanya ketahuan saat periksa darah ternyata sedang positif DBD sampai yang syok dan kejang-kejang. Tetapi secara garis besar ada demam tinggi mendadak dalam 1-3 hari, lemas, nyeri sendi, ada bintik-bintik kemerahan di lipatan kulit lengan, trombositnya rendah kueang dari 150.000/ milimeter kubik dan hematokritnya tinggi diatas 55%.
Penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti yang mengandung virus DBD ini sepanjang pengamatan saya memang meningkat di bulan November akhir sampai bulan Januari akhir setiap tahunnya, dimana curah hujan saat itu sedang tinggi-tingginya.
Sering terjadi KLB (kejadian luar biasa) demam berdarah yang memaksa rumah sakit-rumah sakit menyiapkan ruangan tambahan untuk merawat pasien-pasien ini.
Prinsip penanganan demam berdarah adalah terapi cairan, dimana terjadi kebocoran plasma pasien yang membuat cairan di pembuluh darahnya merembes ke ruang intrestitial antara pembuluh darah dan otot/organ. Jadi cairan tubuh sebenarnya tidak berkurang, tetapi dia bergeser dari pembuluh darah, sehingga ruangan itu menjadi kosong dan 'peyot'.
Dengan adanya program BPJS Kesehatan, dimana kasus gawat darurat harus dilayani, maka setiap rumah sakit harus bersiap-siap menghadapi kemungkinan adanya KLB, antara lain:
1. Mendata semua tempat tidur atau ruangan lain yang memungkinkan perawatan sementara pasien gawat darurat. Misalnya, rumah sakit hanya memiliki 100 tempat tidur, tetapi ada 20 tempat tidur cadangan yang biasa dipakai untuk memindahkan pasien, operasi dan lain-lain. Maka ke 20 tempat tidur tadi saat KLB seharusnya dapat dipakai untuk mengocorkan infus.
2. Mendata ruangan mana yang dicadangkan untuk merawat. Saat KLB, lorong-lorong rumah sakit, tempat pertemuan bahkan gudang pun bila perlu dipakai untuk merawat.
3. Ketenagaan. Normalnya ada 20 perawat 25 perawat dan 1 dokter jaga IGD serta 1 dokter jaga bangsal di satu shift jaga.Harus dipanggil tenaga bantuan dari rumahnya kalau terjadi KLB, sehingga dapat saja ada 10 perawat lagi dan 5-7 dokter lagi membantu saat ada kejadian seperti ini.
4. Tahu batasan. Ada kalanya, karena misalnya rumah sakit kami sangat disukai oleh masyarakat, jadi semua orang demam berdarah mau dirawat di rumah sakit kami, maka harus ada keputusan berapa banyakkah kemampuan rumah sakit mengatasi KLB. Misalnya sudah 10 pasien tambahan  dirawat, batas kemampuan rumah sakit hanya itu, maka pasien yang ke 11 harus dirujuk, alasannya kalau dipaksakan, maka membahayakan keselamatan si pasien dan petugas rumah sakit (kalau kelelahan dan menjadi tidak konsentrasi dalam bekerja, dapat mencelakai pasien atau dirinya sendiri).
Demikianlah gambaran situasi KLB demam berdarah, biasanya 3 bulan ke depan sedang banyak banyaknya. Semoga semua rumah sakit siap mengatasinya, sehingga kematian akibat demam berdarah yang di kisaran 1-2% dapat ditekan sekecil mungkin.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H